Ga usah" jawaban bersahabat dari seorang kenek bis kota kampus itu terus
>terang menghadirkan tanda tanya dalam hatiku "kenapa dia tidak mau menerima
>ongkos itu ?".
>
>Turun di terminal, sobatku yang talkactive itu memulai aksi yang baru,
>menghampiri gerobak pedagang air tebu. Bapak itu buru-buru menyodorkan
>segelas air tebu es kepadanya, padahal dia belum meminta. Rupanya si bapak
>sudah melihat kedatangannya dari jauh. Bukan hari ini saja, seakan-akan
>setiap hari selalu ada orang baik untuknya.
>
>Kemaren, ketika dia asyik berceloteh dengan teman-teman sewaktu jam
>istirahat, seorang ibu yang biasa mengusung dagangannya dari blok ke blok
>kelas kuliah memanggilnya. Dengan gembira dia kembali, "nih satu buat kamu"
>sambil membawa dua bungkus tahu isi, "dikasih si Ibu" lanjutnya sambil
>tersenyum kepada si Ibu yang juga tersenyum dengan bahagia.
>
>Sobatku itu seorang yang sederhana, tidak kaya, tidak cantik, tidak terlalu
>berprestasi. Hanya satu kelebihannya yang tidak dimiliki orang lain. Ya..
>aku mulai menyadari. Kelebihan itu juga tidak ada padaku.
>
>Dia sangat hobby menyapa orang lain yang berlanjut dengan obrolan. Anehnya,
>dia tidak pernah kehabisan bahan. Dari terminal sampai kampus, sang kenek
>seakan mendapat tambahan semangat ketika dia ajak ngobrol. Begitu juga
>wajah
>pedagang tebu ketika dia bertanya tentang keadaan isteri dan anak-anaknya.
>Aha!
>aku juga baru tahu kenapa si ibu rela memberikan tahu cuma-cuma untuknya.
>
>Karena sifatnya yang ramah, dia tidak saja punya teman sesama fakultas,
>tapi
>juga dari fakultas lainnya. Merekalah yang "dipaksa"nya untuk membeli
>dagangan si ibu.
>
>Masih dengan rasa penasaran, kucoba bertanya kepada kenek bis yang selalu
>memberi gratisan kepadanya "ga rugi tuh ?". Sungguh terperanjat aku
>mendengar jawaban kenek itu "Wah, ga sebanding mba dengan jajan yang selalu
>diberinya untukku".
>
>Aku tidak mencoba bertanya lebih jauh kepada pedagang air tebu, karena aku
>sudah menemukan jawabannya. Seperti kata seorang bijak "Orang mendapatkan
>bukan dari apa yang dimintanya tapi dari apa yang diberikannya." Yah,
>sobatku melakukannya dengan tulus dan suka cita. Keramahtamahan dan
>kemuliaan budinya langsung dibalas Allah lewat kasih sayang hamba-hamba-Nya
>yang lain.
>Semuanya berawal dari sebuah sapaan.
>
>
>Kata Yesus : "Aku memberikan perintah baru kepada kamu; yaitu supaya kamu
>saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu
>harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu
>adalah murid-murid-Ku; yaitu jikalau kamu saling mengasihi.(Yohanes 13 : 34
>- 35 )
>====>"Jadikan semua bangsa muridKU" (Mat 28:19)<====
>terang menghadirkan tanda tanya dalam hatiku "kenapa dia tidak mau menerima
>ongkos itu ?".
>
>Turun di terminal, sobatku yang talkactive itu memulai aksi yang baru,
>menghampiri gerobak pedagang air tebu. Bapak itu buru-buru menyodorkan
>segelas air tebu es kepadanya, padahal dia belum meminta. Rupanya si bapak
>sudah melihat kedatangannya dari jauh. Bukan hari ini saja, seakan-akan
>setiap hari selalu ada orang baik untuknya.
>
>Kemaren, ketika dia asyik berceloteh dengan teman-teman sewaktu jam
>istirahat, seorang ibu yang biasa mengusung dagangannya dari blok ke blok
>kelas kuliah memanggilnya. Dengan gembira dia kembali, "nih satu buat kamu"
>sambil membawa dua bungkus tahu isi, "dikasih si Ibu" lanjutnya sambil
>tersenyum kepada si Ibu yang juga tersenyum dengan bahagia.
>
>Sobatku itu seorang yang sederhana, tidak kaya, tidak cantik, tidak terlalu
>berprestasi. Hanya satu kelebihannya yang tidak dimiliki orang lain. Ya..
>aku mulai menyadari. Kelebihan itu juga tidak ada padaku.
>
>Dia sangat hobby menyapa orang lain yang berlanjut dengan obrolan. Anehnya,
>dia tidak pernah kehabisan bahan. Dari terminal sampai kampus, sang kenek
>seakan mendapat tambahan semangat ketika dia ajak ngobrol. Begitu juga
>wajah
>pedagang tebu ketika dia bertanya tentang keadaan isteri dan anak-anaknya.
>Aha!
>aku juga baru tahu kenapa si ibu rela memberikan tahu cuma-cuma untuknya.
>
>Karena sifatnya yang ramah, dia tidak saja punya teman sesama fakultas,
>tapi
>juga dari fakultas lainnya. Merekalah yang "dipaksa"nya untuk membeli
>dagangan si ibu.
>
>Masih dengan rasa penasaran, kucoba bertanya kepada kenek bis yang selalu
>memberi gratisan kepadanya "ga rugi tuh ?". Sungguh terperanjat aku
>mendengar jawaban kenek itu "Wah, ga sebanding mba dengan jajan yang selalu
>diberinya untukku".
>
>Aku tidak mencoba bertanya lebih jauh kepada pedagang air tebu, karena aku
>sudah menemukan jawabannya. Seperti kata seorang bijak "Orang mendapatkan
>bukan dari apa yang dimintanya tapi dari apa yang diberikannya." Yah,
>sobatku melakukannya dengan tulus dan suka cita. Keramahtamahan dan
>kemuliaan budinya langsung dibalas Allah lewat kasih sayang hamba-hamba-Nya
>yang lain.
>Semuanya berawal dari sebuah sapaan.
>
>
>Kata Yesus : "Aku memberikan perintah baru kepada kamu; yaitu supaya kamu
>saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu
>harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu
>adalah murid-murid-Ku; yaitu jikalau kamu saling mengasihi.(Yohanes 13 : 34
>- 35 )
>====>"Jadikan semua bangsa muridKU" (Mat 28:19)<====
Comments