Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2014

LIHAT HIDUPNYA BUKAN CARA MATINYA

LIHAT HIDUPNYA BUKAN CARA MATINYA. (Masih merenungi yang tertulis I Samuel 31:1-13) Sebagian orang menilai bahwa seseorang di sananya akan menderita atau akan bahagia bisa dilihat dari cara mati orang tersebut.  Jika orang itu matinya tersia-sia, bahkan dengan wajah yang mengerikan atau ia mati ditabrak mobil sampai tidak bisa dikenali lagi, dll kebanyakan orang menyimpulkan bahwa di alam sana tidak bahagia. Namun, sebenarnya apakah demikian? Bagaimana dengan kematian Tuhan Yesus yang begitu mengerikan. Justru yang terjadi pada Tuhan Yesus dan seharusnya memang harus terjadi demikian, menjadi peluang banyak orang menerima kehidupan yang kekal. Sebuah ilustrasi dari seorang penyiar di Radio: Seorang pelayan dimintai tolong majikannya untuk belanja ke pasar. Tidak menyangka  ketika dia sedang asyik berbelanja, bahunya di sentuh oleh seseorang. Ia kaget, dan ketika mencari siapa yang menyentuh bahunya, darahnya tersirat, ia berdiri terjajar, ketakutan meliputi hatinya,  karena

Belajar dari Daud: bertindak tanpa tuntunan Tuhan berisiko berat - Pudjianto P.

BERTINDAK TANPA TUNTUNAN TUHAN BERISIKO BERAT. (Masih belajar dari kehidupan Daud). Mencermati apa yang ditulis Alkitab dalam I Samuel 27-30, ada hal yang menarik untuk menjadi pelajaran hidup orang beriman pada zaman sekarang. Sudah diketahui bahwa Daud sampai di Gat  kota musuh bukan karena tuntunan Tuhan. Namun karena buah pikirannya sendiri, karena hidup di negeri sendiri dikejar-kejar oleh rajanya. Hidup di negeri orang tanpa pimpinan Tuhan, memang sementara nyaman, karena tidak lagi dikejar raja Saul. Namun, di negeri yang ditempati sampai 16 tahun ini, semakin lama ada akibat yang harus dirasakan oleh Daud. Di negeri orang terlebih musuh bangsanya ia harus bisa menempatkan diri. Arti sederhananya ia harus berpura-pura. Sebagai akibatnya 1.      Daud kehilangan jati dirinya. Akibat dari berpura-pura selama 16 tahun, maka ia kehilangan jati diri  yang sebenarnya. Walaupun seolah-olah bertindak setia kepada Raja Akhis, namun para pimpinan prajurit Filistin tidak bisa m

HIKMAT YANG MENYELAMATKAN - Pudjianto P.

HIKMAT YANG MENYELAMATKAN (Belajar kehidupan seorang wanita yang bernama Abigail 01) Menyimak apa yang tertulis di dalam I Samuel 25, memang sungguh sangat membuat dada berdebar-debar. Membayangkan Daud yang tingkat emosinya sudah begitu tinggi, dan di dalam pikirannya hanya satu Nabal harus dilenyapkan dari muka bumi. Dalam kemarahan yang demikian tidak ada satu orangpun diantara orang-orang Daud yang mengingatkan bahwa kemarahan itu tidak ada gunanya. Mereka justru mendukungnya, dan mereka mempersiapkan secara seksama mendukung kemarahan Daud, untuk melenyapkan Nabal.  600 orang yang terlatih dalam perang, siap untuk melenyapkan nabal dan orang-orangnya. Para orang-orang Nabal segera melaporkan kepada majikannya, namun bukan majikan laki-laki, tetapi majikan perempuan yang bernama Abigail.  Mendapat laporan demikian,  “Lalu segeralah Abigail mengambil dua ratus roti, dua buyung anggur, lima domba yang telah diolah, lima sukat bertih gandum, seratus buah kue kismis dan dua ra

Pagar Doa - Pudjianto

Suatu peristiwa yang aneh, namun nyata terjadi, jika diceritakan memang banyak orang yang tidak percaya. Walaupun orang tidak banyak  percaya, tetapi itu benar-benar terjadi di dalam kehidupan ini. Itulah yang dialami Bapak Riadi, sebut saja demikian seorang petani  yang tinggal di sebuah desa terpencil di Jawa Tengah. Pagi itu,  Bapak Riadi seperti biasa sebagai petani datang ke sawahnya, dan betapa hatinya puas karena tanaman cabe itu berbuah lebat. Ia perhitungkan  jika di panen akan bisa 1 ton cabe. Ia sangat  senang karena harga cabe lumayan tinggi.  Tanpa sadar angan-angannya melambung tinggi berapa uang yang akan di terima sekali panen.  Cabe biasanya bisa di panen beberapa kali. Dan seperti biasa di dalam kehidupan di desa, gotong royong adalah merupakan kebiasaan yang masih lekat. Ia minta tolong beberapa tetangganya untuk menolong memetik cabenya yang sudah kemerah-merahan. Namun, betapa herannya Pak Riadi, ketika melihat hasil dari cabe yang dipanen. Jumlahnya tidak s

BISA JADI KITA MENGALAMI KEHILANGAN SEGALA-GALANYA

BISA JADI KITA MENGALAMI KEHILANGAN SEGALA-GALANYA (Masih merenungi kehidupan Daud) Pudjianto P. Menyimak apa yang tertulis di dalam I Samuel 19 awal. Daud ketika itu kehilangan segala-galanya. Ia  putus hubungan dengan Raja Saul, artinya tidak ada lagi sumber kehidupan. Istrinya yang seharusnya sehidup semati dengan dia, malah lebih membela bapaknya dari pada mengikut dia kemana dia pergi. Ketika dia datang ke Nabi Samuel, seorang rohaniawan, di situ juga tidak aman berkaitan dengan nyawanya, sehingga ia juga harus meninggalkannya. Akhirnya pelariannya sampai ketempat orang Filistin, tetapi di tempat musuh ia harus bertindak sebagai seorang gembel, dan memang dia tidak lagi memiliki apapun, bahkan menjadi orang yang terbuang di negeri sendiri, terbuang dari keluarga, terbuang dengan sesamanya. Pada hal dulu dia dipuja puji. Daud benar-benar sudah kehilangan segala-galanya di dalam menjalani kehidupan ini. Apa yang dialami Daud ini bisa jadi terjadi di dalam kehidupan ki

SIAPAKAH YANG TAHU MASA DEPAN ?

SIAPAKAH YANG TAHU MASA DEPAN? Merenungkan apa yang tertulis dalam I Samuel 17 akhir sampai dengan pasal 18 awal, timbul pertanyaan dalam hati, “siapakah yang tahu masa depan?”. Seorang anak yang pekerjaannya menggembalakan domba di padang, tidak pernah bergaul dengan para pejabat yang memiliki kedudukan tinggi, tiba-tiba harus datang ke peperangan, dan yang mengherankan bisa mengalahkan musuh Israel yang paling ditakuti seluruh bangsanya.  Dan sudah tentu perjalanan hidup yang demikian tidak pernah terbayang di pikiran seorang yang pekerjaannya menggembalakan domba. Sayang, ketika masih di padang di dalam angan-angan anak ini tidak dituliskan di dalam kitab suci ini. Apa kira-kira yang ada di dalam benaknya sebelum dia mengalahkan orang Filistin itu? Yang jelas pasti tidak pernah membayangkan bahwa pada suatu ketika ia akan masuk ke istana yang menjadi pusat pemerintahan bangsanya. Itulah Daud yang diceritakan dalam pasal tersebut. Terlebih  di dalam angan-angan dalam benak Daud