Skip to main content

Posts

Showing posts from 2010

Selamat tinggal 2010, Selamat datang 2011.

Malam Tahun Baru - terutama bagi kita yang tinggal di kota2 besar, tidak pernah lepas dari model perayaan yang gegap gempita, penuh pesta pora, tawa canda, kembang api, musik, serta berbagai hiburan lainnya. Umumnya kita tidak tidur di malam pergantian tahun tsb, berkumpul bersama (entah dengan keluarga, teman2, atau bersama orang2 yang kita tidak kenal di tengah kerumunan) MENANTIKAN detik-detik pergantian tahun saat lonceng berbunyi 12 kali. Tradisi Perayaan Tahun Baru di berbagai negara biasanya adalah bersama-sama menyanyikan lagu AULD LANG SYNE sebagai ucapan selamat berpisah pada tahun yang telah lewat, lalu disertai dengan pesta kembang api untuk menyambut tahun yang baru dengan penuh harapan. Setiap tahun tak bosan-bosannya kita melakukan ritual tsb padahal toh kenyataannya, selalu saja kita "mengulang" hal2 yang sama bukan :-) ... Mengawali tahun yg baru dengan penuh semangat, lalu perlahan-lahan kita mulai "capek dan jenuh", kadang malah "menyesal&q

BUAH KESETIAAN DAN PENGAMPUNAN

       Cerita ini adalah terjadi 40 tahun yang lalu, namun buahnya baru kelihatan pada saat ini. Demikian cerita itu:        Guru SD yang bernama Pak Marjan sebut saja demikian menjadi bahan pembicaraan di antara orang-orang di desanya ketika itu. Bukan karena  Pak Marjan bisa diangkat menjadi pegawai negeri, tetapi karena Pak Marjan menjadi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus.  Suatu hal yang luar biasa bagi penduduk desa yang berada di pinggiran kota Boyolali  seseorang beralih keyakinan tanpa sebab apapun. Pada hal di desa tersebut tidak ada benih atau orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.        Pada suatu kali para pemuda di desa berkumpul dan mereka akan mendatangi Pak Marjan untuk di minta supaya kembali menganut agama seperti biasa. Dan memang beralihnya Pak Marjan menjadi orang orang yang percaya Yesus membuat para pemuda di desa itu  panas. Dianggapnya Pak Marjan merupakan benih ketidakrukunan dari penduduk desa tersebut. Pertama yang akan dilakukan para

7 CARA MENCIPTAKAN CINTA KASIH DALAM DIRI ANAK

Salah satu kebutuhan dasar anak-anak adalah cinta kasih. Ketika seorang anak mendapatkan dirinya dicintai, kelak ia akan berkembang menjadi anak yang tahu mencintai orang tua, mencintai dirinya, dan mencintai orang lain. Sesungguhnya orang yang mengenal dicintai dan mencintai adalah kebahagiaan hidup yang sejati. Apakah Saudara merindukan agar anak-anak Saudara dapat menjadi anak yang bertumbuh dalam cinta kasih yang membawa kebahagiaan? Bukan kebencian, kepahitan dan dendam yang membawa penderitaan dan kesusahan? Kalau ya, ikutilah tujuh cara di bawah ini. PERLIHATKAN CINTA KASIH ANTARA SUAMI DAN ISTRI Hampir semua karakter anak-anak dipelajari dari meniru orang tua mereka. Jika anak-anak sering melihat orang tuanya bertengkar, marah-marah, saling membenci, saling menghina dan saling memusuhi, secara tidak sadar otak dan hatinya akan merekam semua peristiwa yang menyakitkan tersebut. Lama-kelamaan anak-anak akan bertumbuh menjadi anak yang juga berwatak keras, pem

PEMBERIAN TERINDAH: "DALAM TIGA HARI"

SUDAH SELESAI Ketika Yesus mati, Ia sungguh mengetahui bahwa pekerjaan-Nya telah selesai. Yesus, sang Gembala Agung, menyerahkan nyawa-Nya dengan sukarela bagi domba-domba-Nya. Ia berseru, "Sudah selesai" (Lukas 23:46). "Apa pun maksud [seruan] itu," kata Dr. G. Campbell Morgan, "tujuan kedatangan-Nya, tujuan kepergian-Nya, itu telah selesai sepenuhnya dan lengkap." Penikaman lambung Yesus dengan tombak membuktikan dua hal. Pertama, apa yang difirmankan Tuhan telah tercapai dengan setepat-tepatnya. Tidak satu pun tulang-Nya yang dipatahkan (Mazmur 34:20; Keluaran 12:46; Zakharia 12:10; Mazmur 22:16). Kedua, kematian-Nya telah memberikan bukti yang tidak dapat dibantah. Para petugas yang membunuh-Nya tidak mudah dikelabui, mereka sudah memastikan bahwa Yesus benar-benar sudah mati. Pilatus sendiri bertanya secara khusus kepada kepala pasukannya "... apakah Yesus sudah mati" (Markus 15:44). Mengenai penikaman lambung Y

KURBAN SEJATI ATAU MANIPULASI

Penjangkauan sesama membuat hidup kita menjadi berarti. Kenyataan membuktikan bahwa semakin kita banyak memberi dan berbagi, semakin kita banyak menerima dan mendapat balasannya. Ketika kita mengasihi dan melayani dengan berbuat baik kepada sesama, segala kebajikan dan hal-hal yang baik akan mendatangi kita. Tetapi, kita mungkin akan berpikir sejenak, bagaimana dalam kondisi sulit seperti sekarang kita masih bisa bermurah hati dan rela berkurban? Rasanya sikap rela berkurban sudah semakin langka saat ini. Nilai pengurbanan juga terasa semakin luntur ketika hidup makin diwarnai prinsip "berikan dan terimalah", "tidak ada makan siang yang gratis", atau prinsip "elu elu -- gua gua". Jika ada [yang mencoba tanpa pamrih], itu pun dilakukan dengan berbagai pertimbangan "apakah imbalan yang akan kuterima?" atau "apa manfaatnya bagiku?" Tampaknya, kita perlu merenungkan kembali, masih adakah kurban yang sejati [tan