Cerita ini adalah terjadi 40 tahun yang lalu, namun buahnya baru
kelihatan pada saat ini. Demikian cerita itu:
Guru SD yang bernama Pak Marjan sebut saja demikian menjadi bahan
pembicaraan di antara orang-orang di desanya ketika itu. Bukan karena Pak
Marjan bisa diangkat menjadi pegawai negeri, tetapi karena Pak Marjan
menjadi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Suatu hal yang luar biasa
bagi penduduk desa yang berada di pinggiran kota Boyolali seseorang beralih
keyakinan tanpa sebab apapun. Pada hal di desa tersebut tidak ada benih atau
orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pada suatu kali para pemuda di desa berkumpul dan mereka akan
mendatangi Pak Marjan untuk di minta supaya kembali menganut agama seperti
biasa. Dan memang beralihnya Pak Marjan menjadi orang orang yang percaya
Yesus membuat para pemuda di desa itu panas. Dianggapnya Pak Marjan
merupakan benih ketidakrukunan dari penduduk desa tersebut. Pertama yang
akan dilakukan para pemuda tersebut adalah pak Marjan akan di datangi
beberapa orang saja, dan memberikan nasihat, namun apabila tidak mau
mendengar maka akan di datangi beramai-ramai. Beruntung kejadian itu belum
sempat berlangsung karena sebelum para pemuda itu melakukan aksinya
diketahui oleh orang yang disegani dan dihormati oleh banyak kalangan di
desa tersebut. Orang tua itu mendatangi para pemuda tersebut dan memberikan
nasihatnya: "Biarkan pak Marjan itu jangan diapa-apakan, kepercayaan itu
bagaikan kita memakai baju ini, ada yang merah, kuning, hitam dsb. Pak
Marjan rupanya berganti pakaian, biarkan saja selama dia tidak mengganggu
ketentraman kita. Namun, apabila dengan bergantinya baju pak Marjan
menimbulkan ketidak tentraman desa kita, barulah kita akan melakukan sesuatu
demi ketentraman itu sendiri."
Oleh nasihat tersebut, para pemuda dan penduduk desa tersebut,
membiarkan dan tetap diterima sebagai tetangga. Walalupun kepercayaannya
sekarang berbeda. Dan Pak Marjan tetap bisa melakukan kegiatan sebagai orang
yang percaya kepada Yesus beribadah setiap hari Minggu ke Gereja. Gereja
yang dipakai tempat ibadah pak Marjan cukup jauh, 8 Km dari rumahnya, dan
Pak Marjan harus naik sepeda onthel. Walaupun jauh, tidak menjadi penghalang
bagi Pak Marjan untuk pergi ke gereja. Akibat dari kesetiaan Pak Marjan itu
menjadi bahan pembicaraan para tetangganya. Bahkan ada yang sempat
berbicara, "kalau kepercayaan itu tidak diyakini benar, tidak mungkin Pak
Marjan sampai melakukan demikian" . Kerajinan Bapak Marjan beribadah itu
mendatangkan rasa hormat bagi para tetangganya.
Pada suatu kali di rumah pak Marjan ada ibadah doa, dan mau atau
tidak para tetangga ingin melihat langsung seperti apa ibadah itu. Dan
ternyata yang datang ke rumah pak Marjan cukup banyak. Mereka dari jauh, dan
kekeluargaan, persaudaraan tampak erat sekali. Dan itu yang mendatangkan
rasa hormat kepada Pak Marjan, ternyata pak Marjan juga diterima sebagai
saudara di tempat-tempat yang lain. Pak Marjan tidak lupa, sebelum
mengadakan ibadah di rumahnya, mengirim makanan kepada para tetangga sebagai
ucapan syukur. Tanpa di undang, para tetangga juga berdatangan ke rumah
pak Marjan, walaupun berada di luar, namun mereka bisa mendengar langsung
ajaran yang dianut oleh pak Marjan. Sejak saat itu para tetangga lebih
menaruh hormat dan kasih kepada pak Marjan. Mungkin karena mereka mendengar
langsung ajaran yang selama ini didengar oleh pak Marjan.
Namun, memang perjalanan hidup ini tidak pernah ada yang menduga
sama sekali besuk akan terjadi apa. Ternyata rumah tangga pak Marjan harus
menerima gocangan yang tidak pernah dibayangkan. Istri yang telah memberikan
2 anak yang cantik-cantik, tergoda dengan pemimpin partai, yang memiliki
kedudukan dan juga kaya. Dan akhirnya memang istri tercinta itu meninggalkan
dirinya dan menjadi istri pemimpin partai tersebut. Goncangan rumah tangga
itu memang sangat berat, namun tidak mempengaruhi iman kepercayaannya. Ia
tetap mengajak 2 anaknya pergi ke gereja. Dan anaknya tetap di didik sebagai
orang yang percaya kepada Tuhan Yesus.
Tidak henti-hentinya nasihat dari orang-orang yang bersimpati untuk menikah
lagi, dan mencari pengganti ibu bagi anak-anaknya. Namun jawaban pak Marjan
"Saya tidak diijinkan bercerai sama Tuhan Yesus. Ia lebih tahu apa yang akan
dilakukan".
9 tahun berlalu, Pak Marjan tetap sebagai guru SD, ia tetap setia ke
gereja. Ia tidak pernah berpikir untuk menikah. Hingga pada suatu hari,
putrinya yang telah duduk di SMA pulang dari sekolah, langsung masuk kamar
dan menangis. Sudah tentu sikap putrinya membuat pak Marjan kaget. Ia
buru-buru menyusul putrinya ada apa. Pak Marjan mencoba meredakan tangis
anaknya, dan setelah dibujuk baru bercerita, bahwa ketika di sekolah ia
disusul ibunya. Rasa benci anaknya tampak ketika bercerita kepadanya. Pak
Marjan menarik napas dalam-dalam dan mengelus dadanya. Satu hal yang
dikatakan kepada putrinya, "Apapun yang dilakukan ibumu, kita harus
mengampuninya, apabila memang ibumu sudah sadar. Biarlah kita meneladani
Tuhan Yesus yang telah mengampuni kita nak".
Ketika mendengar apa yang dikatakan Pak Marjan, putrinya demikian
kaget. Putrinya tidak mengerti apa yang dirasa bapaknya. Namun bagaimanapun
ia merasakan kebesaran jiwa Bapaknya, kesabaran Bapaknya, pelukan anaknya
dirasakan bahwa putrinya sangat hormat dan kagum terhadapnya. Dan ternyata
tengah malam itu, pak Marjan dikejutkan oleh ketukan pintu. Memang Pak
Marjan tidak bisa tidur mendengar cerita anaknya berkaitan dengan ibu
anak-anaknya. Ia melangkah membuka pintu, dan ketika di buka betapa
terkejut. Karena di depannya seorang wanita yang telah lama meninggalkan
dirinya dan ke dua anaknya. Setelah meredakan hatinya pak Marjan
mempersilahkan masuk.
"Mas, maafkan saya"? demikian kata ibu Marjan .
Pak Marjan membimbing ibu itu duduk. Dan wanita itu menangis tanpa
henti. Kalimat minta maaf itu telah di dengarnya. Dan bagi pak Marjan tidak
menjadi masalah memaafkannya walaupun sudah pergi dengan laki-laki lain
selama 9 tahun. Dan ternyata laki-laki yang merebut hati istrinya itu telah
mati . Bagi pak Marjan kembalinya sang istri adalah anugerah, yang selama
ini memang tidak pernah terjadi perceraian. Salah satu kebahagiaan yang ada
di dalam hatinya adalah bahwa ia masih bisa mengampuni istrinya seperti
Tuhan Yesus yang selama ini memberikan pengampunan kepadanya dengan
pengorbanan di kayu salib.
40 tahun sudah berlalu, nama Pak Marjan memang dikenang sebagai
orang yang setia. Saat ini di desa di mana pak Marjan tinggal sudah ada
benih-benih orang percaya bahkan sudah ada gereja di sana. Dan juga di Desa
di mana Pak Marjan mengajar, yang jaraknya 7 km, dari desa pak Marjan, saat
ini juga sudah ada persekutuan orang percaya. Itulah buah dari kesetiaan dan
Pengampunan.
Comments