Skip to main content

Posts

Tips Mendisiplinkan Anak

Tips Mendisiplinkan Anak Sumber :  http://ellenpatricia.com/?p=30 Frase “mendisiplin anak” merupakan salah satu frase yang paling banyak disalahartikan. Tidak sedikit orang yang menyamakan makna frase tersebut dengan memberikan hukuman fisik kepada anak. Sesungguhnya, makna “mendisiplin anak” tidaklah sesempit itu. “Mendisiplin anak” mengandung arti melakukan tindakan yang direncanakan untuk menolong anak-anak mempelajari perilaku yang baik. Untuk mempraktekkan disiplin dalam arti yang demikian, jauh lebih sulit dibandingkan sekedar menghukum anak secara fisik, karena tersirat dalam makna tersebut adalah prioritasnya pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu menolong anak-anak mempelajari perilaku yang baik, bukan pada bentuk tindakan disiplin yang diambil. Dengan demikian, bentuk tindakan yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan tersebut bisa berbagai macam. Untuk dapat mendisiplinkan anak dengan efektif, umumnya ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan orangtua, sebagai berikut : 1
Recent posts

Mengusik Guru Sekolah Minggu

Facebook Twitter Pinterest WhatsApp Share Kekaguman saya kepada Guru Sekolah Minggu (GSM) tiada hentinya. Betapa tidak? Pengajaran di Sekolah Minggu (SM) pada Anak Sekolah Minggu (ASM) seringkali begitu melekat sampai ke usia dewasa dan lanjut usia. Banyak orang dewasa yang beriman SM. Para pendeta dan teolog tampaknya kurang sanggup membangun kelanjutan pengajaran GSM dalam mendewasakan iman jemaat. Sementara kekaguman berlanjut, saya menjadi ambigu; sebab di satu pihak saya pernah menjadi GSM selama 15 tahun karena itu saya ikut bangga, di lain pihak saya menjadi pendeta selama 40 tahun karena itu saya ikut sedih. Saya tak dapat menahan diri untuk tidak ‘mengusik’ rekan-rekan GSM yang saya cintai. Mereduksi Trinitas Di banyak SM, banyak GSM mengajarkan anak-anak berdoa kepada Yesus atau Tuhan Yesus. Hasil pengajaran ini terus hidup di sana sini termasuk dalam diri penatua dan pendeta. Tradisi berdoa kepada Yesus bukanlah tradisi yang selaras dengan pengakuan iman kita. Da

10 Tanda Gereja dalam Krisis

Church leaders should be concerned … If the pastor does not have adequate time to be in the Word or if he chooses not to do so. If the members are spending time arguing about how money should be spent. If none or only a few of the key leaders are actively sharing their faith. If there is no clear process of discipleship in place, just a plethora of programs and activities. If corporate prayer is not a major emphasis in the church. If church members are arguing about worship style or worship times. If church members expect the paid staff to do most of the ministry, instead of the staff equipping the members to do the work of ministry (“Why didn’t he visit me in the hospital?”) If there are ongoing disagreements about matters of the church facilities. If the church has more meetings than new disciples. If the leadership of the church does not have a coherent plan for what is taught in small groups or Sunday School classes.

IRI HATI MEMBUAT TUMPUL PERASAAN - Pudjianto P

IRI HATI  MEMBUAT TUMPUL PERASAAN (Belajar dari kehidupaan Yusuf) Kejadian 37:1-24 Pengalaman di negeri orang, jika bertemu sesama dari negeri sendiri, rasanya seperti  bertemu dengan saudara, dan akhirnya berujung persaudaraan yang melebihi saudara kandung sendiri.  Namun apa yang diungkapkan dalam  firman Tuhan ini khususnya dari ayat 18,  adalah merupakan kenyataan pahit yang terjadi akibat dari perasaan iri hati yang tidak diredakan. Iri hati yang dipelihara dan dibesar-besarkan sehingga menumbuhkan kebencian, yang berujungkan nafsu untuk membunuh. “Dari jauh ia telah kelihatan kepada mereka. Tetapi sebelum ia dekat pada mereka, mereka telah bermufakat mencari daya upaya untuk membunuhnya”.(ayat 18).  Nafsu untuk membunuh itu timbul ketika mereka dalam hal ini kakak-kakak Yusuf melihat Yusuf dari jauh. Mereka bermukat untuk menghilangkan Yusuf dari antara mereka dengan cara membunuh. Hanya Ruben karena sebagai anak sulung ingin menyelamatkan Yusuf. Mungkin Ruben di dera r

LAHIR DARI IBU YANG HANYA BERPENGHARAPAN PADA TUHAN

LAHIR DARI IBU YANG HANYA BERPENGHARAPAN PADA TUHAN oleh Pudjianto P. (Belajar dari kehidupan Yusuf) Kejadian 37:1-24 Untuk mengenal Kisah Yusuf yang akan menjadi tumpuan pelajaran bagi kehidupan kita sebagai orang percaya, memang mau atau tidak kita harus menelusuri latar belakang kehidupan orang tuanya dalam hal ini adalah Yakub. Dalam Kejadian 30:22-24 tertulis:” Lalu ingatlah Allah akan Rahel; Allah mendengarkan permohonannya serta membuka kandungannya. Maka mengandunglah Rahel dan melahirkan seorang anak laki-laki. Berkatalah ia: "Allah telah menghapuskan aibku." Maka ia menamai anak itu Yusuf, sambil berkata: "Mudah-mudahan TUHAN menambah seorang anak laki-laki lagi bagiku." Hubungan percintaan ayah Yusuf dengan Rahel adalah sebuah percintaan yang murni. Namun Rahel lahir anak yang kedua dari Laban yang masih memiliki anak perempuan YAITU  kakaknya Rahel yang bernama Lea. 7 tahun bekerja bagi Laban calon mertuanya supaya mendapatkan Rahel tern

Tuhan lebih besar dari Google ...

We live in an age when we literally never have to wait for an answer. If it can be known, we know it in seconds, probably less.  Siri, where is the nearest Chipotle? Google, living and active, lies at our disposal on every device we own. We’ve been trained to live without uncertainty. We’ve been taught that not only are we entitled to every answer, but that they’re all just a couple of clicks (and seconds) away. No one ever has to not know again. We take every question, fear, or curiosity to Google or to social media, who quickly and effortlessly satisfy our desperate cravings for knowledge and guidance, either with an answer  or a distraction . We have an all-knowing, all-seeing, all-wise God, but most of the time we’d rather entrust our questions to the internet. After all, the god at our fingertips is visible, controllable, instant, and seemingly omniscient, at least omniscient enough for us. But God didn’t invent the internet to replace himself. Looking for Express Lane

Motivasi untuk menulis

Motivasi Untuk Menulis Sumber:  http://pelitaku.sabda.org/motivasi_untuk_menulis Penulis :  Drs. Wilson Nadeak Kata "motivasi" sering digunakan orang tanpa mengetahui arti yang sebenarnya. Padahal, kata ini sangat berkaitan dengan penulisan. Oleh karena itu, coba kita perhatikan apakah arti kata motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut kamus ini, "Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya." Artikel Terkait Menulis Memoar: Mengapa Tidak? Menulis Resensi Pemula Menulis Kolom Menulis Untuk Pembaca Remaja/Pemuda Menulis Adaptasi Susahnya Menjadi Penulis Pemula Menulis Naskah Lakon Pengertian yang diberikan dalam