Skip to main content

IRI HATI MEMBUAT TUMPUL PERASAAN - Pudjianto P


IRI HATI  MEMBUAT TUMPUL PERASAAN
(Belajar dari kehidupaan Yusuf)
Kejadian 37:1-24

Pengalaman di negeri orang, jika bertemu sesama dari negeri sendiri, rasanya seperti  bertemu dengan saudara, dan akhirnya berujung persaudaraan yang melebihi saudara kandung sendiri.  Namun apa yang diungkapkan dalam  firman Tuhan ini khususnya dari ayat 18,  adalah merupakan kenyataan pahit yang terjadi akibat dari perasaan iri hati yang tidak diredakan. Iri hati yang dipelihara dan dibesar-besarkan sehingga menumbuhkan kebencian, yang berujungkan nafsu untuk membunuh.“Dari jauh ia telah kelihatan kepada mereka. Tetapi sebelum ia dekat pada mereka, mereka telah bermufakat mencari daya upaya untuk membunuhnya”.(ayat 18). Nafsu untuk membunuh itu timbul ketika mereka dalam hal ini kakak-kakak Yusuf melihat Yusuf dari jauh. Mereka bermukat untuk menghilangkan Yusuf dari antara mereka dengan cara membunuh. Hanya Ruben karena sebagai anak sulung ingin menyelamatkan Yusuf. Mungkin Ruben di dera rasa tanggung jawab. Ruben berpikir dibuang ke Sumur, hanya sebagai pelajaran bagi Yusuf saja. Dan  memang ketika Yusuf sudah dekat, Yusuf di tangkap, dan jubah yang dipakainya itu dilepaskan. Karena dengan jubah itu sebenarnya, menurut pandangan kakak-kakaknya Yusuf menjadi  berbeda  dengan mereka. Maka mereka lepaskan jubah itu. Setelah itu mereka melemparkan Yusuf kepada sumur yang tidak ada airnya setelah selesai urusan dengan Yusuf kakak-kakak Yusuf makan bersama.

Betapa hati mereka sungguh-sungguh tumpul. Setelah melakukan kejahatan mereka masih memiliki selera untuk makan. Mereka sudah tidak merasa Yusuf itu menjadi bagian dari kulit dagingnya sendiri. Mereka merasa bahwa  semua yang ada kaitannya saudara harus sama dengan mereka, pekerjaan harus sama, pakaian harus sama, makanpun harus sama. Iri hati itu membuat pikiran mereka sempit, dan menumpulkan perasaan.

Dari ini kita belajar, jangan sampai sebagai orang percaya terjangkit  perusak hubungan dengan sesama ini, yaitu iri hati. Seorang karyawan sebagai orang percaya tahu bahwa iri hati memang berbuahkan merusak hubungan dengan sesama. Maka karyawan itu melawan mati-matian hatinya supaya tidak iri terhadap temannya yang masih baru namun kedudukannya melambung tinggi di perusahaan itu. Ia belajar berbahagia dengan temannya walaupun sebenarnya hati kecilnya menggoda untuk mengiri temannya itu.  Ia berhasil memang, yang dulunya memanggil teman itu hanya namanya, namun sejak teman barunya menduduki jabatan penting di perusaahan di mana karyawan itu bekerja, ia mulai memanggil bapak kepada temannya tersebut, demikian juga ia menghormati sebagai seorang pimpinan. Ia sopan dan bersikap sebagai bawahan. Walaupun sebenarnya  dirinya sebagai karyawan  itu senior. Dari perjuangan menyikapi kehidupan dengan bersyukur itu, ia merasakan di hatinya terpancar damai sejahtera yang luar biasa. Hatinya menjadi lapang tidak terbebani apa-apa. Ia nyaman bekerja, karena memang dari pekerjaannya itu merupakan sumber kehidupan bagi keluarganya. “Terima kasih Tuhan”, demikian ketika mendapat anugerah damai sejahtera di hati tersebut. Tuhan Yesus bersabda: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. ..”(Yohanes 14:27).

SEBAGAI ORANG BERIMAN TAHU BAGIMANA MELAWAN RASA IRI YANG MENYELIP DI HATI YAITU DENGAN MENGUCAP SYUKUR DALAM SEGALA HAL.

Comments

Popular posts from this blog

Tips Mendisiplinkan Anak

Tips Mendisiplinkan Anak Sumber :  http://ellenpatricia.com/?p=30 Frase “mendisiplin anak” merupakan salah satu frase yang paling banyak disalahartikan. Tidak sedikit orang yang menyamakan makna frase tersebut dengan memberikan hukuman fisik kepada anak. Sesungguhnya, makna “mendisiplin anak” tidaklah sesempit itu. “Mendisiplin anak” mengandung arti melakukan tindakan yang direncanakan untuk menolong anak-anak mempelajari perilaku yang baik. Untuk mempraktekkan disiplin dalam arti yang demikian, jauh lebih sulit dibandingkan sekedar menghukum anak secara fisik, karena tersirat dalam makna tersebut adalah prioritasnya pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu menolong anak-anak mempelajari perilaku yang baik, bukan pada bentuk tindakan disiplin yang diambil. Dengan demikian, bentuk tindakan yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan tersebut bisa berbagai macam. Untuk dapat mendisiplinkan anak dengan efektif, umumnya ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan orangtua, sebagai berikut :...

Bahan SM: Hari Pentakosta

(Oleh: Pdt. Mangapul Sagala) Apakah itu hari Pentakosta? Pentingkah itu bagi orang Kristen? Jika penting, sejauh mana penting? Secara harfiah, kata yang berasal dari bahasa Yunani itu berarti "hari ke-50". Bagi orang Yahudi, hari itu penting dan merupakah sebuah keharusan, sebagaimana diperintahkan oleh Tuhan kepada mereka. Tibanya hari Pentakosta berarti berakhirnya tradisi perayaan selama tujuh minggu, di mana umat Israel merayakan paskah. "Hari raya Tujuh Minggu, yakni hari raya buah bungaran dari penuaian gandum, haruslah kau rayakan, juga hari raya pengumpulan hasil pada pergantian tahun (Kel.34:22). Perlu kita perhatikan bahwa dari sekian banyak perayaan yang dilakukan oleh orang Yahudi, maka hari raya Pentakosta merupakan perayaan terbesar, di mana pada saat itu merupakah hari yang penuh sukacita dan di mana mereka bersyukur kepada Allah atas segala kasih dan pemeliharaanNya, termasuk akan hasil panen tuaian gandum dan jelai. Karena itu, mereka akan datang kepad...

Mengusik Guru Sekolah Minggu

Facebook Twitter Pinterest WhatsApp Share Kekaguman saya kepada Guru Sekolah Minggu (GSM) tiada hentinya. Betapa tidak? Pengajaran di Sekolah Minggu (SM) pada Anak Sekolah Minggu (ASM) seringkali begitu melekat sampai ke usia dewasa dan lanjut usia. Banyak orang dewasa yang beriman SM. Para pendeta dan teolog tampaknya kurang sanggup membangun kelanjutan pengajaran GSM dalam mendewasakan iman jemaat. Sementara kekaguman berlanjut, saya menjadi ambigu; sebab di satu pihak saya pernah menjadi GSM selama 15 tahun karena itu saya ikut bangga, di lain pihak saya menjadi pendeta selama 40 tahun karena itu saya ikut sedih. Saya tak dapat menahan diri untuk tidak ‘mengusik’ rekan-rekan GSM yang saya cintai. Mereduksi Trinitas Di banyak SM, banyak GSM mengajarkan anak-anak berdoa kepada Yesus atau Tuhan Yesus. Hasil pengajaran ini terus hidup di sana sini termasuk dalam diri penatua dan pendeta. Tradisi berdoa kepada Yesus bukanlah tradisi yang selaras dengan pengakuan iman kita. Da...