Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2015

IRI HATI MEMBUAT TUMPUL PERASAAN - Pudjianto P

IRI HATI  MEMBUAT TUMPUL PERASAAN (Belajar dari kehidupaan Yusuf) Kejadian 37:1-24 Pengalaman di negeri orang, jika bertemu sesama dari negeri sendiri, rasanya seperti  bertemu dengan saudara, dan akhirnya berujung persaudaraan yang melebihi saudara kandung sendiri.  Namun apa yang diungkapkan dalam  firman Tuhan ini khususnya dari ayat 18,  adalah merupakan kenyataan pahit yang terjadi akibat dari perasaan iri hati yang tidak diredakan. Iri hati yang dipelihara dan dibesar-besarkan sehingga menumbuhkan kebencian, yang berujungkan nafsu untuk membunuh. “Dari jauh ia telah kelihatan kepada mereka. Tetapi sebelum ia dekat pada mereka, mereka telah bermufakat mencari daya upaya untuk membunuhnya”.(ayat 18).  Nafsu untuk membunuh itu timbul ketika mereka dalam hal ini kakak-kakak Yusuf melihat Yusuf dari jauh. Mereka bermukat untuk menghilangkan Yusuf dari antara mereka dengan cara membunuh. Hanya Ruben karena sebagai anak sulung ingin menyelamatkan Yusuf. Mungkin Ruben di dera r

LAHIR DARI IBU YANG HANYA BERPENGHARAPAN PADA TUHAN

LAHIR DARI IBU YANG HANYA BERPENGHARAPAN PADA TUHAN oleh Pudjianto P. (Belajar dari kehidupan Yusuf) Kejadian 37:1-24 Untuk mengenal Kisah Yusuf yang akan menjadi tumpuan pelajaran bagi kehidupan kita sebagai orang percaya, memang mau atau tidak kita harus menelusuri latar belakang kehidupan orang tuanya dalam hal ini adalah Yakub. Dalam Kejadian 30:22-24 tertulis:” Lalu ingatlah Allah akan Rahel; Allah mendengarkan permohonannya serta membuka kandungannya. Maka mengandunglah Rahel dan melahirkan seorang anak laki-laki. Berkatalah ia: "Allah telah menghapuskan aibku." Maka ia menamai anak itu Yusuf, sambil berkata: "Mudah-mudahan TUHAN menambah seorang anak laki-laki lagi bagiku." Hubungan percintaan ayah Yusuf dengan Rahel adalah sebuah percintaan yang murni. Namun Rahel lahir anak yang kedua dari Laban yang masih memiliki anak perempuan YAITU  kakaknya Rahel yang bernama Lea. 7 tahun bekerja bagi Laban calon mertuanya supaya mendapatkan Rahel tern

Tuhan lebih besar dari Google ...

We live in an age when we literally never have to wait for an answer. If it can be known, we know it in seconds, probably less.  Siri, where is the nearest Chipotle? Google, living and active, lies at our disposal on every device we own. We’ve been trained to live without uncertainty. We’ve been taught that not only are we entitled to every answer, but that they’re all just a couple of clicks (and seconds) away. No one ever has to not know again. We take every question, fear, or curiosity to Google or to social media, who quickly and effortlessly satisfy our desperate cravings for knowledge and guidance, either with an answer  or a distraction . We have an all-knowing, all-seeing, all-wise God, but most of the time we’d rather entrust our questions to the internet. After all, the god at our fingertips is visible, controllable, instant, and seemingly omniscient, at least omniscient enough for us. But God didn’t invent the internet to replace himself. Looking for Express Lane

Motivasi untuk menulis

Motivasi Untuk Menulis Sumber:  http://pelitaku.sabda.org/motivasi_untuk_menulis Penulis :  Drs. Wilson Nadeak Kata "motivasi" sering digunakan orang tanpa mengetahui arti yang sebenarnya. Padahal, kata ini sangat berkaitan dengan penulisan. Oleh karena itu, coba kita perhatikan apakah arti kata motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut kamus ini, "Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya." Artikel Terkait Menulis Memoar: Mengapa Tidak? Menulis Resensi Pemula Menulis Kolom Menulis Untuk Pembaca Remaja/Pemuda Menulis Adaptasi Susahnya Menjadi Penulis Pemula Menulis Naskah Lakon Pengertian yang diberikan dalam

Majalah Gereja

Mengupayakan Majalah Gereja, Kenapa Tidak? Oleh: Kristina Dwi Lestari  Sebagai salah satu bentuk media massa, majalah ternyata mampu bertahan di tengah bermunculannya media massa lain dalam bentuk dan karakteristiknya masing-masing. Bisa kita bayangkan bagaimana media cetak dan elektronik seperti televisi, radio, internet dengan cepat menghadirkan berita yang aktual setiap harinya. Bagaimana dengan majalah yang notabene terbit secara berkala, baik dua mingguan atau bulanan dapat tetap eksis sampai sekarang? [block:views=similarterms-block_1] Majalah sebagai salah satu media penulisan, ternyata mempunyai kekuatan tersendiri dalam menjaga eksistensinya. Tidak seperti surat kabar, televisi, internet atau beberapa media lainnya yang memberikan informasi aktual secara cepat setiap harinya, majalah dengan keterbatasannya mampu mengusung segala tema tentang sisi kehidupan manusia walaupun hanya terbit secara berkala. Dewasa ini, banyak majalah yang lebih berfokus pada pembacan