Skip to main content

Majalah Gereja




Mengupayakan Majalah Gereja, Kenapa Tidak?

Oleh: Kristina Dwi Lestari 
Sebagai salah satu bentuk media massa, majalah ternyata mampu bertahan di tengah bermunculannya media massa lain dalam bentuk dan karakteristiknya masing-masing. Bisa kita bayangkan bagaimana media cetak dan elektronik seperti televisi, radio, internet dengan cepat menghadirkan berita yang aktual setiap harinya. Bagaimana dengan majalah yang notabene terbit secara berkala, baik dua mingguan atau bulanan dapat tetap eksis sampai sekarang? [block:views=similarterms-block_1]
Majalah sebagai salah satu media penulisan, ternyata mempunyai kekuatan tersendiri dalam menjaga eksistensinya. Tidak seperti surat kabar, televisi, internet atau beberapa media lainnya yang memberikan informasi aktual secara cepat setiap harinya, majalah dengan keterbatasannya mampu mengusung segala tema tentang sisi kehidupan manusia walaupun hanya terbit secara berkala.
Dewasa ini, banyak majalah yang lebih berfokus pada pembacanya, mulai dari majalah keluarga, wanita, majalah khusus para pecinta buku, majalah yang mengangkat tentang lingkungan hidup, sampai majalah rohani. Sisi inilah yang ditawarkan oleh majalah.
Fenomena munculnya majalah gereja di antara majalah-majalah yang terus bermunculan menunjukkan adanya sinyalemen positif. Keberadaan majalah gereja sedikit banyak memberikan pengaruh besar kepada perkembangan sebuah gereja. Apalagi salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan keimanan jemaat
KARAKTER MAJALAH
Umumnya, majalah diadakan untuk kepentingan bisnis, promosi, pelayanan, atau sosial, tergantung dari sasaran dan tujuan yang digeluti seseorang, lembaga swadaya masyarakat, organisasi dan yayasan dengan bertujuan untuk menyampaikan berita dan pesan secara tepat waktu (Misten Ginting: 2005).
Beberapa majalah mempunyai penggolongan yang didasarkan pada pangsa pasar, seperti jenis kelamin, usia, hobi atau minat. Ada pula yang didasarkan pada sifat dan misinya, ada majalah umum, majalah teknis, majalah ilmiah, majalah ilmiah populer, majalah berita, majalah hiburan, majalah bahasa daerah, dan majalah agama. Majalah mempunyai karakter dan batasan yang berbeda dibandingkan dengan surat kabar, tabloid, atau buku. Sesuai dengan pandangan Harianto, karakteristik majalah secara umum adalah sebagai berikut.

  1. Media cetak yang terbit secara berkala, waktu, frekuensi terbit tertentu, tapi bukan yang terbit setiap hari. 

  2. Media cetak itu bersampul, setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang secara khusus. 

  3. Media cetak yang dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman. Umumnya adalah 20 -- 120 halaman. 

  4. Majalah itu harus beredar secara luas, sekurang-kurangnya dijual untuk umum dan sekurang-kurangnya menggunakan Surat Tanda Terdaftar (STT) atau Surat Izin Penerbitan Pers (SIUPP). Walaupun dalam perkembangannya, akhir-akhir ini SIUPP telah dibekukan. Dampaknya dapat kita lihat dengan membanjirnya media-media cetak yang tidak berizin. 

  5. Dalam satu kali terbitan memuat sejumlah karangan yang ditulis oleh beberapa orang dengan topik yang berbeda dengan gaya bahasa yang berlainan. 

  6. Menyampaikan berita, peristiwa, penemuan, dan ide baru atau sesuatu yang dianggap menarik perhatian masyarakat pada umumnya. 

  7. Dikelola oleh sekelompok orang, yang kemudian membuat perkumpulan, organisasi, maupun susunan redaksi. 

  8. Memiliki sistem kontrol internasional. Cirinya dapat kita temukan pada pencantuman nomor ISSN (Internasional Standart Serial Number) pada setiap judul majalah.
APA ITU MAJALAH GEREJA?
Jika dilihat dari karakter majalah di atas, jelas majalah gereja hanya diterbitkan di lingkungan gereja saja. Dengan demikian, ruang lingkupnya terbatas. Walaupun demikian, banyak majalah gereja dari beberapa gereja besar yang berkembang tidak hanya di lingkup dalam gereja akan tetapi juga di luar gereja. Sebagai contoh majalah Warta Sejati, milik Gereja Kristus Sejati Indonesia. Atau Berita GKMI, majalah Gereja Kristen Marturia Indonesia.
Menilik kemasan dan formatnya, majalah gereja tidaklah berbeda dengan majalah umum lainnya. Gaya penulisannya juga berupa berita, artikel, atau "feature" (berita kisah). Perbedaannya tentu terletak pada visi dan misinya. Harianto menyebutkan bahwa visi dan misi majalah gereja adalah berlandaskan Yesus Kristus. Jadi, visi dan misi ini lebih menekankan pada doktrin agama, informasi agama, kajian-kajian ilmiah secara biblika, yang kesemuanya itu berdasarkan Alkitabiah.
Bentuk publikasi selain majalah yang cukup sering kita jumpai di gereja-gereja adalah buletin atau "newsletter". Semua itu dapat digunakan sebagai media komunikasi antarjemaat yang efektif. Dengan demikian, setiap jemaat dapat saling mengenal, saling menguatkan iman, saling menghibur, bahkan saling menasihati. Kita dapat membayangkan kehidupan gereja itu semakin hidup dengan hadirnya media tersebut.
PERANAN MAJALAH GEREJA 
Secara internal, majalah gereja dapat digunakan untuk saling mengenal dan memperkenalkan antara jemaat yang satu dan yang lainnya. Majalah gereja juga dapat digunakan sebagai sarana pengembangan diri jemaat dalam hal menulis, menginformasikan segala hal yang terjadi di gereja, wadah kesaksian, salah satu sumber bahan untuk meningkatkan keimanan kita, sampai ke tujuan yang paling utama, yaitu mengenalkan Tuhan Yesus Kristus dengan lebih akrab. Tidak hanya berperan ke dalam, sebuah majalah gereja juga dapat berperan ke luar. Dengan adanya majalah gereja, keberadaan gereja dapat terlihat secara detail dan jelas, dapat menarik minat orang untuk hadir di gereja tersebut, dan dapat menunjukkan apakah gereja tersebut sehat atau tidak, tegas Harianto.
PERUMUSAN BATASAN MAJALAH GEREJA
Majalah gereja jelas berbeda dengan majalah yang bersifat sekuler. Jelas ini adalah batasan yang harus diperhatikan para pengelola majalah gereja. Sebagai referensi tambahan untuk memulai majalah gereja, mari simak batasan yang dipaparkan Harianto berikut ini.
  1. Mengutamakan pemuatan informasi yang berguna untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar di gereja. 
  2. Mengutamakan pemuatan informasi yang berguna untuk mempererat hubungan antara Allah dan jemaat, juga hubungan antara jemaat dan jemaat. 
  3. Mengutamakan pemuatan informasi yang berguna bagi perkembangan wawasan jemaat. 
  4. Mengutamakan pemuatan informasi yang berguna bagi perkembangan kepribadian jemaat.
  5. Mengutamakan terbentuknya sikap kerja profesional dalam melayani Allah.
  6. Mengutamakan ajaran secara Alkitabiah.
  7. Menjunjung tinggi nilai-nilai Kristiani.
  8. Menjunjung tinggi kesaksian hidup sesama iman.
  9. Mengutamakan kerja sama tim berlandaskan kejujuran. 
  10. Mengutamakan kualitas hasil kerja.
Bagaimanapun juga, diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk mengembangkan majalah gereja Anda. Jangan hanya menjadi majalah gereja yang musiman, sebentar tampak, setelah itu tidak terdengar lagi gaungnya. Purnawan Kristanto menyebutkan, penerapan sebuah media baru hendaknya didahului oleh riset sederhana. Tujuannya adalah mengetahui keinginan dan kebutuhan pembaca. Riset itu juga dibutuhkan untuk memetakan karakteristik (calon) pembaca, yang dirumuskan berupa data demografis (umur, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, pekerjaan, dsb.), dan psikografi (gaya hidup, selera, orientasi kerohanian, dll.).
Dengan gempuran media di seliling kita yang beraneka ragam, bisa jadi majalah gereja tidak digemari. Dengan perencanaan yang matang baik dari pengurus gereja, pendeta, majelis, atau aktivis gereja lainnya, bukan tidak mungkin majalah gereja dapat digemari dan menjadi berkat tersendiri. Selanjutnya, tentukan siapa saja yang akan mengelola majalah tersebut mulai dari pengamat masalah, pengorganisir, pengelola keuangan, penulis, sampai ke pemasar, himbau Purnawan Kristanto. Yang terpenting, media di dalam gereja harus mengedepankan isi yang berpedoman pada nilai-nilai kristiani dan sebagai penyampai kabar kesukaan kepada jiwa-jiwa yang haus akan firman Tuhan. Selamat mengembangkan majalah di gereja Anda dan berikan kemuliaan bagi Kristus lewat media inspirasi Anda.
Sumber bacaan pendukung:
  • G.P, Harianto. 1997. "Mengelola Majalah: Sebuah Pengantar". Bandung: Agiamedia. 
  • Ginting, Misten, S.Th. 2005. "Majalah sebagai Media Penginjilan dan Pendidikan" dalam Majalah Sahabat Gembala. Hlm. 35.
  • Kristanto, Purnawan. "Apakah Media Intra Gereja Masih Dibutuhkan?" dalam http://glorianet.org/kolom/kolomedia.html

Comments

Popular posts from this blog

MERDEKA ATAU MATI

MERDEKA  ATAU MATI Kata yang menggetarkan dada ketika terjadi perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia  oleh para pejuang  adalah kata “ Merdeka atau mati”. Hanya ada satu pilihan pada waktu itu “merdeka atau mati”.  Dan kata itu sungguh menjadikan sarana membakar semangat juang yang tidak habis-habisnya. Mereka dengan senjata seadanya  berani terjun ke kancang peperangan dengan persenjataan  penjajah yang super canggih pada jamannya. Dan ternyata perjuangan yang membara itu tidak sia-sia. Kemerdekaan itu bisa diperoleh oleh bangsa Indonesia. Dan pernyatakan proklamasi adalah sebuah pernyataan yang  bergema di setiap dada bangsa Indonesia, apapun sukunya, apapun agamanya bahwa Indonesia sudah merdeka. Seorang veteran yang sudah tua bercerita dengan tersenyum sebuah kelucuan, ketika mendengar  bahwa Indonesia sudah merdeka dari penjajahan. Ada sebagian yang mengartikan merdeka itu dengan arti yang sangat sempit. Mereka mengartikan kalau naik kereta api , naik bus umum, tidak me

SENTUHAN KUASA KASIH: 1 KORINTUS 13

Salah satu pasal termasyhur dalam Alkitab jelas adalah 1 Korintus 13 -- "Pasal Kasih" yang terkenal itu. Di pasal ini, kita bisa melihat dengan jelas tiga bagian penting yang mengajarkan umat Tuhan dalam memahami kasih yang sejati: motivasi, karakter, dan kekekalan kualitas kasih. Motivasi Kasih (1 Korintus 13:1-3) Apa gunanya perbuatan besar dan dahsyat jika tidak ada kasih yang melatarbelakanginya. Banyak orang tidak akan setuju perlunya memeriksa motivasi dari apa yang kita sebut perbuatan baik. Banyak orang mengklaim bahwa karisma, pengetahuan, dan pengorbanan adalah sama dengan kasih. Tetapi masing-masing hal itu perlu diperiksa seperti seperti yang pasal ini sudah lakukan. Fasih Berbicara Walaupun seseorang sangat pandai berbicara, sopan, atau menghibur yang mendengarkan, tanpa kasih, dia akan menggunakan lidahnya untuk tujuan pribadinya. Meskipun ribuan orang akan terkesan, tergerak, dan tersentuh, namun perkataannya sama saja dengan bunyi gong. Dengan

Apa yang dicari orang ?

Apa yang kau cari orang ? uang Apa yang kau cari orang ? Uang Apa yang kau cari , siang , malam , pagi , petang? Uang , uang , uang , Bukan Tuhan Yesus Lagu sederhana tadi mengingatkan saya , dinyanyikan waktu kecil dalam kelas sekolah minggu Lagu yang mengingatkan saya, bahwa apa yang dicari orang , hanya melulu berkaitan dengan uang. Uang juga termasuk kekayaan , materi duniawi . Sangat berbeda dengan apa yang Tuhan cari .. Apa yang dicari Tuhan ? Saya Apa yang dicari Tuhan ? Saya apa yang dicari Tuhan, siang, malam, pagi petang ? Saya, saya, saya, orang yang berdosa. Sayalah yang dicari Tuhan, Anda dan saya yang dicari Tuhan. Lalu kemudian pertanyaan nya, adalah apakah kita tidak boleh mencari uang ? Sejarah membuktikan bahwa orang orang kaya , banyak yang mengalami kehancuran, karena kekeliruan dalam memandang dan memperlakukan kekayaan. Saya juga, tidak ingin seperti itu, menjadi kaya, tetapi kehilangan segala sesuatunya, istri tercerai, anak tercerai berai, ana