Skip to main content

Tips Mendisiplinkan Anak

Tips Mendisiplinkan Anak
Sumber : http://ellenpatricia.com/?p=30

Frase “mendisiplin anak” merupakan salah satu frase yang paling banyak disalahartikan. Tidak sedikit orang yang menyamakan makna frase tersebut dengan memberikan hukuman fisik kepada anak. Sesungguhnya, makna “mendisiplin anak” tidaklah sesempit itu. “Mendisiplin anak” mengandung arti melakukan tindakan yang direncanakan untuk menolong anak-anak mempelajari perilaku yang baik.

Untuk mempraktekkan disiplin dalam arti yang demikian, jauh lebih sulit dibandingkan sekedar menghukum anak secara fisik, karena tersirat dalam makna tersebut adalah prioritasnya pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu menolong anak-anak mempelajari perilaku yang baik, bukan pada bentuk tindakan disiplin yang diambil. Dengan demikian, bentuk tindakan yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan tersebut bisa berbagai macam. Untuk dapat mendisiplinkan anak dengan efektif, umumnya ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan orangtua, sebagai berikut :

1. Berbicara dengan asertif kepada anak. Yang dimaksud dengan asertif dalam hal ini adalah dengan keseriusan dan kejelasan, namun tetap dengan nada suara tenang, bukan dengan nada tinggi. Hal tersebut dikarenakan, dengan tetap tenang, sesungguhnya orangtua mengkomunikasikan kepada anak bahwa orangtua tidak kehilangan kendali, baik terhadap anak maupun dirinya sendiri.
2. Ada kalanya, walaupun orangtua sudah berbicara dengan asertif, anak tetap tidak mau melakukan apa yang diminta oleh orangtua. Dalam kasus demikian, orangtua perlu memperkuat apa yang disampaikannya ke anak dengan konsekuensi yang disepakati bersama. Bentuk konsekuensi yang umumnya efektif diterapkan pada anak, antara lain:
  • Pemisahan, yaitu anak diposisikan untuk berada dalam suatu situasi yang membosankan dan terpisah dari orang lain. Seperti, berdiri di pojok ruangan seorang diri selama beberapa waktu, orangtua perlu memastikan bahwa kondisi itu tidak disukai anak.
  • Meniadakan ataupun mengurangi akses anak ke hal-hal tertentu, seperti menonton TV, bermain dengan teman, keluar rumah, memakai telpon, dan lain sebagainya.
3. Suami istri perlu saling mendukung dalam mendisiplinkan anak. Hal tersebut penting, karena bila anak menangkap bahwa hanya salah satu dari orangtuanya yang menginginkan ia melakukan suatu hal tertentu, kemungkinan besar ia akan mencoba untuk tidak melakukannya.

Ketiga tips di atas, walaupun tidak akan menyelesaikan semua permasalahan perilaku anak, namun bila dipraktekkan, akan sangat menolong orangtua untuk dapat meningkatan keefektivitasannya dalam mendisiplinkan anak. Namun di sisi lain, orangtua juga perlu terus menyadari bahwa seberapa besar pun usaha orangtua untuk menjadi orangtua yang baik, sebagai manusia, pasti tetap akan ada kekurangan.

Comments

Popular posts from this blog

Bahan SM: Hari Pentakosta

(Oleh: Pdt. Mangapul Sagala) Apakah itu hari Pentakosta? Pentingkah itu bagi orang Kristen? Jika penting, sejauh mana penting? Secara harfiah, kata yang berasal dari bahasa Yunani itu berarti "hari ke-50". Bagi orang Yahudi, hari itu penting dan merupakah sebuah keharusan, sebagaimana diperintahkan oleh Tuhan kepada mereka. Tibanya hari Pentakosta berarti berakhirnya tradisi perayaan selama tujuh minggu, di mana umat Israel merayakan paskah. "Hari raya Tujuh Minggu, yakni hari raya buah bungaran dari penuaian gandum, haruslah kau rayakan, juga hari raya pengumpulan hasil pada pergantian tahun (Kel.34:22). Perlu kita perhatikan bahwa dari sekian banyak perayaan yang dilakukan oleh orang Yahudi, maka hari raya Pentakosta merupakan perayaan terbesar, di mana pada saat itu merupakah hari yang penuh sukacita dan di mana mereka bersyukur kepada Allah atas segala kasih dan pemeliharaanNya, termasuk akan hasil panen tuaian gandum dan jelai. Karena itu, mereka akan datang kepad...

Mengusik Guru Sekolah Minggu

Facebook Twitter Pinterest WhatsApp Share Kekaguman saya kepada Guru Sekolah Minggu (GSM) tiada hentinya. Betapa tidak? Pengajaran di Sekolah Minggu (SM) pada Anak Sekolah Minggu (ASM) seringkali begitu melekat sampai ke usia dewasa dan lanjut usia. Banyak orang dewasa yang beriman SM. Para pendeta dan teolog tampaknya kurang sanggup membangun kelanjutan pengajaran GSM dalam mendewasakan iman jemaat. Sementara kekaguman berlanjut, saya menjadi ambigu; sebab di satu pihak saya pernah menjadi GSM selama 15 tahun karena itu saya ikut bangga, di lain pihak saya menjadi pendeta selama 40 tahun karena itu saya ikut sedih. Saya tak dapat menahan diri untuk tidak ‘mengusik’ rekan-rekan GSM yang saya cintai. Mereduksi Trinitas Di banyak SM, banyak GSM mengajarkan anak-anak berdoa kepada Yesus atau Tuhan Yesus. Hasil pengajaran ini terus hidup di sana sini termasuk dalam diri penatua dan pendeta. Tradisi berdoa kepada Yesus bukanlah tradisi yang selaras dengan pengakuan iman kita. Da...