BERTINDAK TANPA TUNTUNAN TUHAN BERISIKO BERAT.
(Masih belajar dari kehidupan Daud).
Mencermati apa yang ditulis Alkitab dalam I Samuel 27-30, ada hal yang menarik untuk menjadi pelajaran hidup orang beriman pada zaman sekarang. Sudah diketahui bahwa Daud sampai di Gat kota musuh bukan karena tuntunan Tuhan. Namun karena buah pikirannya sendiri, karena hidup di negeri sendiri dikejar-kejar oleh rajanya. Hidup di negeri orang tanpa pimpinan Tuhan, memang sementara nyaman, karena tidak lagi dikejar raja Saul. Namun, di negeri yang ditempati sampai 16 tahun ini, semakin lama ada akibat yang harus dirasakan oleh Daud. Di negeri orang terlebih musuh bangsanya ia harus bisa menempatkan diri. Arti sederhananya ia harus berpura-pura. Sebagai akibatnya
1. Daud kehilangan jati dirinya. Akibat dari berpura-pura selama 16 tahun, maka ia kehilangan jati diri yang sebenarnya. Walaupun seolah-olah bertindak setia kepada Raja Akhis, namun para pimpinan prajurit Filistin tidak bisa menerima kehadiran Daud. Sehingga ia harus terusir dari mana ia ditempatkan raja Akhis. (pasal 29). Ia tidak punya Negara. Hidup susah, di bangsanya tidak dianggap di orang Filistin juga di buang. PENERAPAN: Betapa sulitnya menjalani kehidupan dikatakan Kristen hidupnya persis seperti orang dunia. Jika dikatakan tidak kristen, KTPnya kristen dan sering ke gereja.
2. Rasa damai di hati Daud hilang sama sekali. Ketika Daud diusir berkata: “"Apa yang telah kuperbuat? Dan kesalahan apa yang kaudapati pada hambamu ini, sejak saat aku menjadi hamba kepadamu, sampai hari ini, sehingga aku tidak boleh ikut pergi berperang melawan musuh tuanku raja?"(I Samuel 29:8). Di sini Daud merasa menyesal sekali. Keuntungan secara dunia sangat sedikit di terima, namun kerugiannya sangat banyak. PENERAPAN: Meninggalkan Tuhan itu memang untuk sementara enak dan senang. Namun setelah itu, bisa dilihat akibatnya. Yang ada Cuma duka nestapa. (Baca pasal 30:1-5 Daud kehilangan segala-galanya).
3. Daud kehilangan kepercayaan dari para pengikutnya. Hampir saja dibenturi batu. “Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya”(I Semual 30:6). Dalam kesulitan dan kesendirian, di situlah Daud baru teringat akan Tuhan. PENERAPAN: Meninggalkan Tuhan karena sebuah pergumulan bukanlah jalan keluar. Jika dilakukan akibat buruk akan menimpanya.
Belajar dari apa yang dialami Daud, sudah seharusnya kita sebagai orang beriman harus berhati-hati. Di dalam derita jangan sampai meninggalkan Tuhan. Jangan sampai kita tergoda untuk hidup secara dunia, atau mencoba untuk hidup dalam dosa. Jika itu kita lakukan, maka akibat yang kita sandang akan sangat berat.
PENDERITAAN HIDUP DI DALAM MENGIRING TUHAN, JANGAN MENJADI ALASAN KITA MELEPASKANNYA. KARENA SEKALI KITA MELEPASKANNYA KITA AKAN MEMASUKI LORONG YANG TANPA UJUNG DI SANA YANG TERSEDIA HANYA KEGELAPAN DAN DUKA NESTAPA
Comments