Suatu peristiwa yang aneh, namun nyata terjadi, jika diceritakan memang banyak orang yang tidak percaya. Walaupun orang tidak banyak percaya, tetapi itu benar-benar terjadi di dalam kehidupan ini. Itulah yang dialami Bapak Riadi, sebut saja demikian seorang petani yang tinggal di sebuah desa terpencil di Jawa Tengah.
Pagi itu, Bapak Riadi seperti biasa sebagai petani datang ke sawahnya, dan betapa hatinya puas karena tanaman cabe itu berbuah lebat. Ia perhitungkan jika di panen akan bisa 1 ton cabe. Ia sangat senang karena harga cabe lumayan tinggi. Tanpa sadar angan-angannya melambung tinggi berapa uang yang akan di terima sekali panen. Cabe biasanya bisa di panen beberapa kali. Dan seperti biasa di dalam kehidupan di desa, gotong royong adalah merupakan kebiasaan yang masih lekat. Ia minta tolong beberapa tetangganya untuk menolong memetik cabenya yang sudah kemerah-merahan.
Namun, betapa herannya Pak Riadi, ketika melihat hasil dari cabe yang dipanen. Jumlahnya tidak seperti yang dibayangkan, namun hanya beberapa kwintal saja. Jumlah segitu tidak masuk akal, jika melihat luasnya tanaman cabe yang merah-merah. Bahkan para tetangganya yang ikut memetik cabe itu juga heran. Memetik cabe dari pagi sampai hampir petang, hasilnya hanya beberapa kwintal, mereka bayangannya seperti pak Riadi paling tidak 1 ton bahkan bisa lebih. Tetapi pada kenyataannya yang terjadi, hanya 2-3 kwintal saja. Lantas ke manakah yang lain.
***
Malam itu Bapak Riadi tidak bisa tidur, ia tidak bisa mengerti bagaimana mungkin bisa terjadi demikian. Kembali membayangkan cabe yang demikian luas, buahnya begitu banyak. Panen dengan beberapa orang sampai sehari penuh, mestinya tidak hanya kwintalan, namun seharusnya ada 1 ton lebih.
“Belum tidur pak”, demikian kata istrinya mengejutkan Pak Riadi yang membiarkan pikirannya ke mana-mana, khususnya berkaitan dengan tanaman cabe yang barusan di panen.
“Belum bu”, demikian jawab Pak Riadi singkat.
“Apakah bapak masih berpikir tentang tanaman cabe kita itu?”, tanya ibu Riadi.
“Aneh…”, hanya kata itu yang keluar dari mulut Pak Riadi.
“Pak coba bapak perhatikan, apakah bapak mendengar sesuatu?”, demikian tiba-tiba istrinya mengajak mendengarkan sesuatu. Pak Riadi mencoba menajamkan telinganya. Memang tadi tidak memperhatikan apa-apa kecuali, mendengar suara-suara binatang malam yang sudah menjadi kebiasaan berbunyi kalau malam. Setelah menyisihkan semua suara binatang itu lamat-lamat ia mendengar orang sedang menyapu, walaupun suara itu demikian halus sekali.
“Bapak mendengar sesuatu?”, demikian tanya bu Riadi dengan berbisik. Pak Riadi tidak menyahut namun dia mempertajam pendengarannya, dan di telinganya mendengar orang yang sedang menyapu. Tanpa sadar pak Riadi memandang jam yang tergantung di dinding rumahnya. Jam menunjukkan bahwa malam itu sudah ada di tengah-tengah.
“Bapak sudah mendengar sesuatu?”, demikian ibu Riadi berbisik lagi. Pak Riadi menarik jari telunjuknya di tempatkan di bibirnya sendiri. Apa yang dilakukan Pak Riadi ini memberi isyarat kepada istrinya untuk diam. Dengan dagunya memberi isyarat kepada istrinya untuk memperhatikan apa yang di dengarnya.
Melihat isyarat Pak Riadi ibu Riadi terdiam, ia tertunduk dan menyedengkan telinganya. Seperti pak Riadi, ibu Riadi mendengarkan orang sedang menyapu, walaupun dilakukan dengan sangat lembut, namun suara sapu lidi itu terdengar sampai di telinganya. Kembali pak Riadi memberi isyarat dengan jari telunjuk yang ditempelkan di bibirnya sendiri, supaya ibu Riadi tidak bersuara. Dengan pelan pak Riadi bangkit dari tempat tidurnya. Dengan berjingkat ia mencoba melihat ke luar benarkah ada orang menyapu di halamannya.
Ternyata suara orang menyapu itu masih tetap ada, bahkan rasanya suara itu mengelilingi rumahnya. Pak Riadi mencoba mencari lobang – lobang di rumahnya untuk bisa melihat keluar apakah benar bahwa di halaman dan keliling rumahnya ada orang yang menyapu. Mengapa halaman dan sekeliling rumahnya ada yang menyapu. Rasanya kemarin istrinya sudah menyapu, Kembali pak Riadi berjingkat mencoba mengikuti suara orang menyapu tersebut, namun suara itu tiba-tiba hilang. Dada pak Riadi berdebar-debar, suara orang menyapu itu hilang. Ia mencoba menyedengkan telinganya, dengan menahan nafas tetapi suara orang menyapu itu hilang, dan benar-benar hilang.
Ia kembali ke kamarnya, istrinya nampak tegang melihat Pak Riadi berwajah sungguh-sungguh.
“Pak bagaimana?”, demikian istrinya bertanya dengan penuh ketegangan.
“Saya belum menemukan orangnya, tiba-tiba suara sapu itu hilang bu”, demikian kata pak Riadi.
“Bapak sama sekali tidak melihat orangnya?”
Bapak Riadi menggeleng lemah. Melihat suaminya menggeleng lemah, ibu Riadi menarik nafas dalam-dalam. Pikiran Pak Riadi kemana-mana, aneh sekali masak tengah malam demikian ada orang yang menyapu halaman rumahnya. Pertanyaan itu bergulung-gulung di hatinya. Ada sesuatu yang tidak wajar terjadi di dalam kehidupannya.
“Kita tidur bu”, demikian kata pak Riadi berbisik kepada ibu Riadi.
“Mana bisa tidur, coba kita berjaga, mungkin suara itu akan kembali”
“Sudahlah, besuk kita ke sawah lagi, supaya besuk badan kita segar dan bisa bekerja”
Mendengar kata suaminya, ibu Riadi mengangguk. Maka kembali ibu Riadi dengan pelan-pelan berbaring. Namun, di hati ibu Riadi sama dengan pak Riadi, tidak habis mengerti, malam-malam ada suara orang menyapu di halaman rumahnya. Siapakah yang menyapukan halaman rumahnya, mengapa harus tengah malam, kalau memang orang itu ingin membantu menyapu halamannya? Pertanyaan demikian memang berputaran di kepala ibu Riadi.
“Aneh ya pak?”, tiba-tiba ibu Riadi berbisik kepada suaminya. “Sebelumnya sebenarnya saya sudah mendengar suara orang menyapu. Waktunya ya seperti ini. Aneh”
“Aneh, apa yang aneh?”
“Orang yang menyapu halaman rumah kita. Mengapa harus tengah malam?”
“Sttt, itu suara orang menyapu, saya belum tahu apakah benar ada orang menyapu atau hanya suara orang menyapu”.
Mendengar kata-kata pak Riadi demikian, ibu Riadi raut mukanya menegang sejenak. Dadanya berdebar-debar.
“Maksud bapak gimana?”
“Kita lihat besuk, apakah masih ada suara orang menyapu itu?”
Mendengar jawaban bapak Riadi demikian ibu Riadi mengangguk. Dan ibu Riadi mencoba memenjamkan matanya, paling tidak bisa menggunakan waktunya untuk bisa istrirahat, setelah beberapa saat terganggu dengan suara orang menyapu.
(Bersambung)
NB:
Setiap orang percaya di beri peringatan bahwa musuh orang percaya adalah roh-roh di udara oleh karena itu harus kuat iman di dalam Tuhan Yesus Kristus. Di Kitab suci tertulis: “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara(Efesus 6:10-12).
Comments