Seorang konsultan memperhatikan seorang tukang kail berusia sekitar 25
>tahun merapatkan perahunya ke pantai pada siang hari, sambil membawa
>beberapa ekor ikan tangkapannya.
>
>Konsultan: Pak, saya seorang konsultan, dan saya sangat ingin membantu
>bapak. Tukang kail: Apa yang ingin bapak bantu untuk saya?
>
>Konsultan: Begini, coba bapak jawab pertanyaan saya terlebih dahulu, nanti
>saya jelaskan. Tukang kail: Baiklah...
>Konsultan: Mengapa bapak pulang begitu cepat?
>Tukang kail: Saya ingin pulang untuk mengaso dan bermain dengan keluarga
>saya. Jika hari sudah malam, kami makan malam bersama, dan bernyanyi dengan
>teman-teman kami.
>
>Konsultan: Nah disitu letak permasalahannya.
>Tukang kail: ???
>Konsultan: Begini, seharusnya Anda tidak pulang secepat ini. Anda
>seharusnya bekerja sampai larut malam. Uangnya Anda tabung sehingga Anda
>nanti dapat membeli sebuah kapal pukat, sehingga Anda dapat berlayar lebih
>jauh dan mendapat ikan lebih banyak. Saya perkirakan pada dalam waktu 5
>tahun hal ini sudah dapat terwujud. Tukang kail: Lalu?
>
>Konsultan: Lalu Anda dapat menabung lagi untuk membeli tidak saja satu
>kapal, tapi beberapa kapal. Anda bisa pekerjakan nelayan lain untuk
>membantu Anda menjalankan bisnis ini, sehingga Anda bisa memperoleh lebih
>banyak ikan lagi. Saya perkirakan dalam usia 40 tahun Anda sudah dapat
>memiliki sepuluh armada kapal pukat. Tukang kail: Lalu apalagi?
>
>Konsultan: Lalu jika Anda tidak ingin bergantung kepada orang lain, Anda
>dapat membuka perusahaan pemrosesan ikan sendiri, sehingga anda dapat
>memperoleh keuntungan bukan saja dari penjualan ikan, tetapi juga
>pemrosesan ikan. Pada usia sekitar 45 tahun, Anda sudah menjadi salah
>seorang yang kaya di negeri ini. Tukang kail: Selanjutnya apalagi?
>
>Konsultan: Jika Anda ingin lebih lagi, maka perusahaan Anda dapat melakukan
>go public dan mendapatkan banyak uang dari sana. Bisnis Anda dapat
>diserahkan kepada para profesional, tinggal sesekali waktu Anda perlu turun
>tangan sendiri. Saya yakin Anda dapat mencapai semuanya ini pada usia
>sekitar 50 tahun. Tukang kail: Lalu setelah itu, apa yang saya lakukan?
>
>Konsultan: Setelah itu, Anda dapat memberikan waktu untuk diri Anda dan
>Keluarga. Anda dapat membeli sebuah rumah di tepi pantai. Anda dapat
>menyalurkan hobi Anda memancing. Setelah lelah memancing, Anda bisa pulang
>untuk beristirahat dan bermain dengan keluarga. Jika hari sudah malam, Anda
>dan keluarga dapat makan malam bersama dan bersenang-senang dengan
>teman-teman Anda.
>
>Tukang kail : "bukankah hal itu sudah saya lakukan sekrang ini?. Tidak
>perlu harus menunggu sampai menjadi kaya dulu kan". Konsultan hanya
>tersenyum saja.
>
>Insidenya sih : bukan masalah kekayaan yang membuat kita dapat menikmati
>hidup , masalahnya adalah pada sikap kita.Dan bukan berarti kalau kita
>bekerja keras maka kita akan selalu menjadi kaya juga....karena Berkat
>TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya ( ini
>aku kutip dari Alkitab :-)).
>
>Yah gituh aja penjelasannya..semoga terberkati ya
>
>
>2. Suatu hari , seorang ahli 'Management Waktu' berbicara di depan
>sekelompok mahasiswa bisnis, dan ia memakai ilustrasi yang tidak akan
>dengan mudah dilupakan oleh para mahasiswanya.
>
>Ketika dia berdiri di hadapan siswanya dia berkata:"Baiklah sekarang
>waktunya kuis" kemudian dia mengeluarkan toples berukuran galon yang
>bermulut cukup lebar, dan meletakkannya di atas meja.
>Lalu ia juga mengeluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam tangan
>dan meletakkan dengan hati-hati batu-batu itu ke dalam toples. Ketika batu
>itu memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yang muat
>untuk masuk ke dalamnya, dia berkata:"Apakah toples ini sudah penuh? "Semua
>siswanya serentak menjawab,"Sudah !"
>
>Kemudian dia berkata, Benarkah? Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang
>kerikil. Lalu dia memasukan kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil
>sedikit menguncang-guncangkannya, sehingga kerikil itu mendapat tempat
>diantara celah-celah batu itu. Lalu dia bertanya kepada siswanya sekali
>lagi : Apakah toples ini sudah penuh? kali ini siswanya hanya tertegun
>"Mungin belum!"salah satu siswanya menjawab. "Bagus!" jawabnya.
>
>Kembali dia dia meraih ke bawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir.
>Dia mulai memasukan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan mudah
>langsung memenuhi ruang-ruang kosong diantara kerikil dan bebatuan. Sekali
>lagi dia bertanya, Apakah toples ini sudah penuh? "Belum!" serentak para
>siswanya menjawab. Sekali lagi dia berkata,"Bagus!"
>
>Lalu dia mengambil sebotol air dan mulai menyiram air ke dalam toples
>sampai toples itu terisi penuh hingga ke ujung atas.. Lalu si ahli
>Manajement Waktu ini memandang kepada para siswanya dan bertanya:"Apakah
>maksud ilustrasi ini?"
>Seorang siswanya yang antusias langsung menjawab :
>"Maksudnya, betapapun penuhnya jadwalmu, jika kamu berusaha kamu masih
>dapat menyisipkan jadwal lain ke dlmnya!"
>"Bukan!", jawab si ahli, "Bukan itu maksudnya. Sebenarnya ilustrasi itu
>mengajarkan kita bahwa:
>
>JIKA BUKAN BATU BESAR YANG PERTAMA KALI KAMU MASUKAN, MAKA KAMU TIDAK AKAN
>PERNAH DAPAT MEMASUKKAN BATU BESAR ITU KE DALAM TOPLES TERSEBUT.
>
>Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin anak-anakmu, suami atau
>istrimu, orang-orang yang kamu sayangi,
>persahabatanmu, kesehatanmu, mimpi-mimpimu.
>
>Hal-hal yang kamu anggap paling berharga dalam hidupmu. Ingatlah untuk
>selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yang pertama, atau kamu
>tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikannya.
>
>Jika kamu mendahulukan hal-hal yang kecil dalam prioritas waktumu, maka
>kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal yang kecil, kamu tidak akan
>punya waktu untuk melakukan hal yang besar dan berharga dalam hidupmu".
>
>Nothing Great ini the World has ever been accomplished without PASSION.
>tahun merapatkan perahunya ke pantai pada siang hari, sambil membawa
>beberapa ekor ikan tangkapannya.
>
>Konsultan: Pak, saya seorang konsultan, dan saya sangat ingin membantu
>bapak. Tukang kail: Apa yang ingin bapak bantu untuk saya?
>
>Konsultan: Begini, coba bapak jawab pertanyaan saya terlebih dahulu, nanti
>saya jelaskan. Tukang kail: Baiklah...
>Konsultan: Mengapa bapak pulang begitu cepat?
>Tukang kail: Saya ingin pulang untuk mengaso dan bermain dengan keluarga
>saya. Jika hari sudah malam, kami makan malam bersama, dan bernyanyi dengan
>teman-teman kami.
>
>Konsultan: Nah disitu letak permasalahannya.
>Tukang kail: ???
>Konsultan: Begini, seharusnya Anda tidak pulang secepat ini. Anda
>seharusnya bekerja sampai larut malam. Uangnya Anda tabung sehingga Anda
>nanti dapat membeli sebuah kapal pukat, sehingga Anda dapat berlayar lebih
>jauh dan mendapat ikan lebih banyak. Saya perkirakan pada dalam waktu 5
>tahun hal ini sudah dapat terwujud. Tukang kail: Lalu?
>
>Konsultan: Lalu Anda dapat menabung lagi untuk membeli tidak saja satu
>kapal, tapi beberapa kapal. Anda bisa pekerjakan nelayan lain untuk
>membantu Anda menjalankan bisnis ini, sehingga Anda bisa memperoleh lebih
>banyak ikan lagi. Saya perkirakan dalam usia 40 tahun Anda sudah dapat
>memiliki sepuluh armada kapal pukat. Tukang kail: Lalu apalagi?
>
>Konsultan: Lalu jika Anda tidak ingin bergantung kepada orang lain, Anda
>dapat membuka perusahaan pemrosesan ikan sendiri, sehingga anda dapat
>memperoleh keuntungan bukan saja dari penjualan ikan, tetapi juga
>pemrosesan ikan. Pada usia sekitar 45 tahun, Anda sudah menjadi salah
>seorang yang kaya di negeri ini. Tukang kail: Selanjutnya apalagi?
>
>Konsultan: Jika Anda ingin lebih lagi, maka perusahaan Anda dapat melakukan
>go public dan mendapatkan banyak uang dari sana. Bisnis Anda dapat
>diserahkan kepada para profesional, tinggal sesekali waktu Anda perlu turun
>tangan sendiri. Saya yakin Anda dapat mencapai semuanya ini pada usia
>sekitar 50 tahun. Tukang kail: Lalu setelah itu, apa yang saya lakukan?
>
>Konsultan: Setelah itu, Anda dapat memberikan waktu untuk diri Anda dan
>Keluarga. Anda dapat membeli sebuah rumah di tepi pantai. Anda dapat
>menyalurkan hobi Anda memancing. Setelah lelah memancing, Anda bisa pulang
>untuk beristirahat dan bermain dengan keluarga. Jika hari sudah malam, Anda
>dan keluarga dapat makan malam bersama dan bersenang-senang dengan
>teman-teman Anda.
>
>Tukang kail : "bukankah hal itu sudah saya lakukan sekrang ini?. Tidak
>perlu harus menunggu sampai menjadi kaya dulu kan". Konsultan hanya
>tersenyum saja.
>
>Insidenya sih : bukan masalah kekayaan yang membuat kita dapat menikmati
>hidup , masalahnya adalah pada sikap kita.Dan bukan berarti kalau kita
>bekerja keras maka kita akan selalu menjadi kaya juga....karena Berkat
>TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya ( ini
>aku kutip dari Alkitab :-)).
>
>Yah gituh aja penjelasannya..semoga terberkati ya
>
>
>2. Suatu hari , seorang ahli 'Management Waktu' berbicara di depan
>sekelompok mahasiswa bisnis, dan ia memakai ilustrasi yang tidak akan
>dengan mudah dilupakan oleh para mahasiswanya.
>
>Ketika dia berdiri di hadapan siswanya dia berkata:"Baiklah sekarang
>waktunya kuis" kemudian dia mengeluarkan toples berukuran galon yang
>bermulut cukup lebar, dan meletakkannya di atas meja.
>Lalu ia juga mengeluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam tangan
>dan meletakkan dengan hati-hati batu-batu itu ke dalam toples. Ketika batu
>itu memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yang muat
>untuk masuk ke dalamnya, dia berkata:"Apakah toples ini sudah penuh? "Semua
>siswanya serentak menjawab,"Sudah !"
>
>Kemudian dia berkata, Benarkah? Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang
>kerikil. Lalu dia memasukan kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil
>sedikit menguncang-guncangkannya, sehingga kerikil itu mendapat tempat
>diantara celah-celah batu itu. Lalu dia bertanya kepada siswanya sekali
>lagi : Apakah toples ini sudah penuh? kali ini siswanya hanya tertegun
>"Mungin belum!"salah satu siswanya menjawab. "Bagus!" jawabnya.
>
>Kembali dia dia meraih ke bawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir.
>Dia mulai memasukan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan mudah
>langsung memenuhi ruang-ruang kosong diantara kerikil dan bebatuan. Sekali
>lagi dia bertanya, Apakah toples ini sudah penuh? "Belum!" serentak para
>siswanya menjawab. Sekali lagi dia berkata,"Bagus!"
>
>Lalu dia mengambil sebotol air dan mulai menyiram air ke dalam toples
>sampai toples itu terisi penuh hingga ke ujung atas.. Lalu si ahli
>Manajement Waktu ini memandang kepada para siswanya dan bertanya:"Apakah
>maksud ilustrasi ini?"
>Seorang siswanya yang antusias langsung menjawab :
>"Maksudnya, betapapun penuhnya jadwalmu, jika kamu berusaha kamu masih
>dapat menyisipkan jadwal lain ke dlmnya!"
>"Bukan!", jawab si ahli, "Bukan itu maksudnya. Sebenarnya ilustrasi itu
>mengajarkan kita bahwa:
>
>JIKA BUKAN BATU BESAR YANG PERTAMA KALI KAMU MASUKAN, MAKA KAMU TIDAK AKAN
>PERNAH DAPAT MEMASUKKAN BATU BESAR ITU KE DALAM TOPLES TERSEBUT.
>
>Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin anak-anakmu, suami atau
>istrimu, orang-orang yang kamu sayangi,
>persahabatanmu, kesehatanmu, mimpi-mimpimu.
>
>Hal-hal yang kamu anggap paling berharga dalam hidupmu. Ingatlah untuk
>selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yang pertama, atau kamu
>tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikannya.
>
>Jika kamu mendahulukan hal-hal yang kecil dalam prioritas waktumu, maka
>kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal yang kecil, kamu tidak akan
>punya waktu untuk melakukan hal yang besar dan berharga dalam hidupmu".
>
>Nothing Great ini the World has ever been accomplished without PASSION.
Comments