Skip to main content

Hindari menabur kedagingan - Pudjianto




TUAIAN  LEBIH DARI PADA YANG DITABUR
(Masih belajar dari kehidupan Daud)

Jikalau seorang petani mendapatkan tuaian hasil yang berlipat-lipat  dari apa yang ditanam maka hatinya akan gembira. Namun, kalau tuaian itu karena taburan  hawa nafsu di masa muda, maka membuat hati hancur berkeping-keping. Itulah yang terjadi pada Daud yang ditulis dalam II Samuel 15. Sudah tentu Daud tidak menyangka putranya sendiri akan  melakukan pemberontakan bahkan merebut tahta anugerah Tuhan itu. Tentu Daud heran,  bahwa Absalom yang dirindukan, dan kepadanya tidak dikenakan hukum  yang sebenarnya ketika melakukan kesalahan pembunuhan terhadap saudaranya, akan  memberontak dan  merebut tahtanya. Mestinya Absalom bersyukur, dan berterima kasih. Namun, yang terjadi malah sebaliknya, dan sudah tentu  tindakan Absalom menghancurkan hatinya, membuatnya hengkang dari istananya.

Sudah pasti Daud tidak menyangka bahwa akibat tidak bisa mengendalikan diri ketika muda, setelah tua harus menuai akibat yang demikian berat. Masa muda demikian sibuk dengan perempuan-perempuan, setelah mereka melahirkan anak-anak baginya, Daud tidak sempat memperhatikan dan mendidik anak-anaknya bagaimana takut akan Tuhan. Dan yang memprihatinkan adalah anak-anak yang tidak mendapat perhatian dari seorang ayah, hidup menurut kebenarannya sendiri. Jika sebagai seorang ayah berlaku demikian, maka anak jangan dituntut bisa menghormati  ayahnya.

Inilah pelajaran yang cukup berarti bagi kita yang saat ini menjadi seorang ayah bagi anak-anak. Anak-anak itu lahir bukan karena keinginannya, mereka merupakan anugerah Allah. Jangan sampai putus komunikasi dengan mereka,  dan sudah selayaknya menjadi figure seorang ayah yang bertanggung jawab, membuat damai keluarga,  penuh kasih, memberi teladan bagaimana takut akan Tuhan dan perhatian terhadap keluarga. Jangan heran jikalau seorang  ayah yang demikian anak akan “MIKUL DHUWUR MENDEM JERO” (peribahasa Jawa, artinya anak akan memuliakan orang tua). Paulus sendiri memberi nasihat kepada seorang ayah: “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya” (Kolose 3:21).

SUDAH MERUPAKAN HUKUM TABUR TUAI, BAHWA HASIL TUAIAN AKAN LEBIH BANYAK  DARI APA YANG DITABUR. HINDARI MENABUR HAWA NAFSU KEDAGINGAN SUPAYA TIDAK MENUAI KESESAKAN DI MASA TUA.

Comments

Popular posts from this blog

MERDEKA ATAU MATI

MERDEKA  ATAU MATI Kata yang menggetarkan dada ketika terjadi perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia  oleh para pejuang  adalah kata “ Merdeka atau mati”. Hanya ada satu pilihan pada waktu itu “merdeka atau mati”.  Dan kata itu sungguh menjadikan sarana membakar semangat juang yang tidak habis-habisnya. Mereka dengan senjata seadanya  berani terjun ke kancang peperangan dengan persenjataan  penjajah yang super canggih pada jamannya. Dan ternyata perjuangan yang membara itu tidak sia-sia. Kemerdekaan itu bisa diperoleh oleh bangsa Indonesia. Dan pernyatakan proklamasi adalah sebuah pernyataan yang  bergema di setiap dada bangsa Indonesia, apapun sukunya, apapun agamanya bahwa Indonesia sudah merdeka. Seorang veteran yang sudah tua bercerita dengan tersenyum sebuah kelucuan, ketika mendengar  bahwa Indonesia sudah merdeka dari penjajahan. Ada sebagian yang mengartikan merdeka itu dengan arti yang sangat sempit. Mereka mengartikan kalau naik kereta api , naik bus umum, tidak me

SENTUHAN KUASA KASIH: 1 KORINTUS 13

Salah satu pasal termasyhur dalam Alkitab jelas adalah 1 Korintus 13 -- "Pasal Kasih" yang terkenal itu. Di pasal ini, kita bisa melihat dengan jelas tiga bagian penting yang mengajarkan umat Tuhan dalam memahami kasih yang sejati: motivasi, karakter, dan kekekalan kualitas kasih. Motivasi Kasih (1 Korintus 13:1-3) Apa gunanya perbuatan besar dan dahsyat jika tidak ada kasih yang melatarbelakanginya. Banyak orang tidak akan setuju perlunya memeriksa motivasi dari apa yang kita sebut perbuatan baik. Banyak orang mengklaim bahwa karisma, pengetahuan, dan pengorbanan adalah sama dengan kasih. Tetapi masing-masing hal itu perlu diperiksa seperti seperti yang pasal ini sudah lakukan. Fasih Berbicara Walaupun seseorang sangat pandai berbicara, sopan, atau menghibur yang mendengarkan, tanpa kasih, dia akan menggunakan lidahnya untuk tujuan pribadinya. Meskipun ribuan orang akan terkesan, tergerak, dan tersentuh, namun perkataannya sama saja dengan bunyi gong. Dengan

Apa yang dicari orang ?

Apa yang kau cari orang ? uang Apa yang kau cari orang ? Uang Apa yang kau cari , siang , malam , pagi , petang? Uang , uang , uang , Bukan Tuhan Yesus Lagu sederhana tadi mengingatkan saya , dinyanyikan waktu kecil dalam kelas sekolah minggu Lagu yang mengingatkan saya, bahwa apa yang dicari orang , hanya melulu berkaitan dengan uang. Uang juga termasuk kekayaan , materi duniawi . Sangat berbeda dengan apa yang Tuhan cari .. Apa yang dicari Tuhan ? Saya Apa yang dicari Tuhan ? Saya apa yang dicari Tuhan, siang, malam, pagi petang ? Saya, saya, saya, orang yang berdosa. Sayalah yang dicari Tuhan, Anda dan saya yang dicari Tuhan. Lalu kemudian pertanyaan nya, adalah apakah kita tidak boleh mencari uang ? Sejarah membuktikan bahwa orang orang kaya , banyak yang mengalami kehancuran, karena kekeliruan dalam memandang dan memperlakukan kekayaan. Saya juga, tidak ingin seperti itu, menjadi kaya, tetapi kehilangan segala sesuatunya, istri tercerai, anak tercerai berai, ana