Skip to main content

JIKA BELUM SAATNYA TIDAK PERLU KEBURU

JIKA BELUM SAATNYA TIDAK PERLU KEBURU

Jikalau kita membaca dalam I Samuel 16, suatu peristiwa besar terjadi. Daud seorang yang tidak diperhitungkan keluarga itu diurapi menjadi raja. Artinya pilihan Allah jatuh kepada dia seorang gembala di padang, diangkat oleh Tuhan melalui nabi Allah yaitu nabi Samuel untuk menjadi raja bagi bangsanya. Namun, ternyata setelah dia diurapi menjadi raja, tidak sekaligus langsung menduduki kursi raja dan  memerintah. Upacara pengurapan selesai, namun Daud kembali ke padang untuk menggembalakan domba ayahnya yang hanya beberapa ekor itu. Demikian Juga keluarganya dan orang-orang yang diundang menyaksikan juga kembali ke tempat masing-masing. Mungkin Daud juga tidak merasa apa-apa. Waktu itu ia disusul supaya pulang dari menggembalakan domba, dan setelah itu diajak mengikuti upacara, dan dialah orang yang diurapi menjadi raja. Daud bukanlah orang yang bertipe ambisius, setelah mendapat pengesahan raja langsung datang ke Istana Saul mengatakan apa yang terjadi. Ia tidak berbuat demikian, namun ia kembali ke pekerjaannya semua, menanti apa yang akan terjadi. Karena persoalan Negara ada kaitanya dengan Tuhan. Nabi Samuel ketika itu juga tidak melarang Daud kembali ke padang menggembalakan dombanya. Nabi Samuel sudah mentaati apa yang menjadi kehendak Tuhan, yaitu mengurapi orang yang dipilihNya  menggantikan Saul menjadi raja. Dan setelah itu bukan urusannya lagi. Daud akhirnya menjadi apa dan bagaimana caranya dia menjadi raja adalah urusan Tuhan bukan urusannya.

Demikian juga Daud ketika kembali ke ladang, ia dengan menjaga dombanya membunyikan kecapinya untuk memuliakan Allah, dan mengarang Mazmur-Mazmur indah untuk mendekatkan hati kepada Tuhan. Dan memang Mazmur-Mazmur itu sangat berguna bagi orang yang membacanya khususnya orang-orang yang sudah hidup di dalam Tuhan. Daud bukanlah orang yang ambisius, yang setelah tahu dia memang yang harus menjadi raja terus mencari pendukung untuk segera menggantikan kedudukan Saul. Daud tidak melakukan yang demikian. Itu semua adalah hak Tuhan, Dialah yang akan mengaturnya dengan caraNya.

Di dalam Kitab suci tertulis: “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya”(Pengkotbah 3:1).
Jikalau sudah tiba masanya Tuhan kehendaki, maka ada saja cara bagaimana sampai kepada yang dimaksudkan. Dan untuk sampai ke sana memang dibutuhkan kesabaran, kemantaban, dan kepekaan terhadap apa yang dikehendak Tuhan. Keyakinannya adalah  Tuhan tidak pernah kehabisan cara untuk bisa kehendakNya jadi di atas bumi ini.

SIKAP TERBURU NAFSU ADALAH SUATU TANDA BAHWA ORANG ITU TIDAK DEWASA. BIASANYA ORANG YANG TIDAK DEWASA CEPAT PANIK, TIDAK TENANG HATI, MENYALAHKAN ORANG LAIN. TERBALIK DENGAN ORANG YANG DEWASA, IA TETAP TENANG, PERCAYA, DAN YAKIN BAHWA TUHAN PUNYA WAKTU, SEHINGGA TIDAK PERNAH KEHILANGAN PENGHARAPAN.

Pudjianto P.

Comments

Popular posts from this blog

Tips Mendisiplinkan Anak

Tips Mendisiplinkan Anak Sumber :  http://ellenpatricia.com/?p=30 Frase “mendisiplin anak” merupakan salah satu frase yang paling banyak disalahartikan. Tidak sedikit orang yang menyamakan makna frase tersebut dengan memberikan hukuman fisik kepada anak. Sesungguhnya, makna “mendisiplin anak” tidaklah sesempit itu. “Mendisiplin anak” mengandung arti melakukan tindakan yang direncanakan untuk menolong anak-anak mempelajari perilaku yang baik. Untuk mempraktekkan disiplin dalam arti yang demikian, jauh lebih sulit dibandingkan sekedar menghukum anak secara fisik, karena tersirat dalam makna tersebut adalah prioritasnya pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu menolong anak-anak mempelajari perilaku yang baik, bukan pada bentuk tindakan disiplin yang diambil. Dengan demikian, bentuk tindakan yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan tersebut bisa berbagai macam. Untuk dapat mendisiplinkan anak dengan efektif, umumnya ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan orangtua, sebagai berikut :...

Mengusik Guru Sekolah Minggu

Facebook Twitter Pinterest WhatsApp Share Kekaguman saya kepada Guru Sekolah Minggu (GSM) tiada hentinya. Betapa tidak? Pengajaran di Sekolah Minggu (SM) pada Anak Sekolah Minggu (ASM) seringkali begitu melekat sampai ke usia dewasa dan lanjut usia. Banyak orang dewasa yang beriman SM. Para pendeta dan teolog tampaknya kurang sanggup membangun kelanjutan pengajaran GSM dalam mendewasakan iman jemaat. Sementara kekaguman berlanjut, saya menjadi ambigu; sebab di satu pihak saya pernah menjadi GSM selama 15 tahun karena itu saya ikut bangga, di lain pihak saya menjadi pendeta selama 40 tahun karena itu saya ikut sedih. Saya tak dapat menahan diri untuk tidak ‘mengusik’ rekan-rekan GSM yang saya cintai. Mereduksi Trinitas Di banyak SM, banyak GSM mengajarkan anak-anak berdoa kepada Yesus atau Tuhan Yesus. Hasil pengajaran ini terus hidup di sana sini termasuk dalam diri penatua dan pendeta. Tradisi berdoa kepada Yesus bukanlah tradisi yang selaras dengan pengakuan iman kita. Da...

Bahan SM: Hari Pentakosta

(Oleh: Pdt. Mangapul Sagala) Apakah itu hari Pentakosta? Pentingkah itu bagi orang Kristen? Jika penting, sejauh mana penting? Secara harfiah, kata yang berasal dari bahasa Yunani itu berarti "hari ke-50". Bagi orang Yahudi, hari itu penting dan merupakah sebuah keharusan, sebagaimana diperintahkan oleh Tuhan kepada mereka. Tibanya hari Pentakosta berarti berakhirnya tradisi perayaan selama tujuh minggu, di mana umat Israel merayakan paskah. "Hari raya Tujuh Minggu, yakni hari raya buah bungaran dari penuaian gandum, haruslah kau rayakan, juga hari raya pengumpulan hasil pada pergantian tahun (Kel.34:22). Perlu kita perhatikan bahwa dari sekian banyak perayaan yang dilakukan oleh orang Yahudi, maka hari raya Pentakosta merupakan perayaan terbesar, di mana pada saat itu merupakah hari yang penuh sukacita dan di mana mereka bersyukur kepada Allah atas segala kasih dan pemeliharaanNya, termasuk akan hasil panen tuaian gandum dan jelai. Karena itu, mereka akan datang kepad...