Skip to main content

TIDAK ADA YANG KEBAL TERHADAP DOSA



TIDAK ADA YANG KEBAL TERHADAP DOSA
(Belajar dari kehidupan Daud)
oleh Bpk. Pudjianto P

Membaca II Samuel 24, maka di sana tertulis peristiwa yang sangat memprihatinkan. Seharusnya Daud sebagai orang yang sudah tua, sudah tidak lagi berpikir tentang gagah-gagahan atau  menepuk dada karena kemenangan-kemenangan perang dengan musuhnya. Untuk apakah jikalau itu dilakukan?  Orang seperti Daud sudah kenyang pujian, sudah mendapatkan kekuasaan, memiliki semua yang diinginkan mestinya tidak perlu lagi hal-hal yang bersifat kepongahan begitu dilakukan. Namun, ternyata tidak demikian. Daud tiba-tiba ingin mengetahui jumlah orang Israel dan Yehuda. Walaupun sudah diingatkan bawahannya namun ia tetap bersikukuh bahwa sensus penduduk Yehuda dan Israel itu harus dilaksanakan. Kemenangan demi kemenangan peperangan melawan musuh bebuyutan Israel yaitu bangsa Filistin itu membuatnya pongah. Dan untuk mendukung kepongahannya ia memerintahkan menghitung jumlah rakyatnya. Pada kenyataannya bahwa walaupun orang sudah tua tidak kebal terhadap dosa. Masing ada kemungkinan untuk jatuh. Dan contoh yang paling tepat dalam bacaan kita adalah Daud. Daud jatuh ke dalam dosa kesombongan.

Apa yang dialami Daud adalah merupakan pelajaran bagi kita, bahwa selama kita masih hidup maka kemungkinan untuk jatuh kedalam dosa adalah besar. Selama kita masih menempati badan wadak kita maka  hawa nafsu kedagingan masih tetap ingin menguasai kita.  Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa Daging itu lemah sedangkan roh itu penurut.  Benar apa yang dikatakan firman Tuhan: “Bukan orang yang lanjut umurnya yang mempunyai hikmat, bukan orang yang sudah tua yang mengerti keadilan” (Ayub 32:9). Yang dimaksudkan adalah bahwa orang kalau sudah tua di dalam hatinya harus ditempati hikmat. Karena bagaimanapun orang tua kadang-kadang menjadi tempat untuk bertanya bagi persoalan-persoalan orang muda. Namun, hal yang demikian tidak menjamin bahwa orang yang sudah tua memiliki hikmat.

Pada suatu kali, di sebuah gereja menyematkan tanda kenangan keteladan terhadap seorang bapak yang banyak terlibat dalam pelayanan, dan sikapnya sangat rendah hati. Bapak tadi tidak pernah memperhitungkan waktu, tenaga, pikiran bahkan uangnya demi untuk pelayanan. Menjelang tua semangat terlibat itu tidak pernah surut dan tidak pernah mengharapkan pujian atau apapun. Dengan raut muka merah jambu ketika bapak pendeta menyematkan tanda kenangan di dadanya. Hanya sayang tanda kenangan itu setiap Minggu dipakai, dan cenderung di pamerkan. Ternyata  melalui tanda kenangan itu menjadi godaan bagi bapak tadi untuk menyombongkan diri. Kita harus ingat firman Tuhan ini: “…tetapi orang yang rendah hati dikasihani-Nya” (Amsal Solaiman 3:34b). Mestinya bapak tadi setelah disematkan tanda kenangan sebagai teladan, tidak dipakai di simpan rapat-rapat.

KEMUNGKINAN JATUH KE DALAM DOSA BISA TERJADI KAPAN SAJA, DAN UMUR BERAPA SAJA. TIDAK ADA ORANG YANG KEBAL TERHADAP DOSA, OLEH KARENA ITU PERLU WASPADA.

Comments

Popular posts from this blog

Tips Mendisiplinkan Anak

Tips Mendisiplinkan Anak Sumber :  http://ellenpatricia.com/?p=30 Frase “mendisiplin anak” merupakan salah satu frase yang paling banyak disalahartikan. Tidak sedikit orang yang menyamakan makna frase tersebut dengan memberikan hukuman fisik kepada anak. Sesungguhnya, makna “mendisiplin anak” tidaklah sesempit itu. “Mendisiplin anak” mengandung arti melakukan tindakan yang direncanakan untuk menolong anak-anak mempelajari perilaku yang baik. Untuk mempraktekkan disiplin dalam arti yang demikian, jauh lebih sulit dibandingkan sekedar menghukum anak secara fisik, karena tersirat dalam makna tersebut adalah prioritasnya pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu menolong anak-anak mempelajari perilaku yang baik, bukan pada bentuk tindakan disiplin yang diambil. Dengan demikian, bentuk tindakan yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan tersebut bisa berbagai macam. Untuk dapat mendisiplinkan anak dengan efektif, umumnya ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan orangtua, sebagai berikut :...

Mengusik Guru Sekolah Minggu

Facebook Twitter Pinterest WhatsApp Share Kekaguman saya kepada Guru Sekolah Minggu (GSM) tiada hentinya. Betapa tidak? Pengajaran di Sekolah Minggu (SM) pada Anak Sekolah Minggu (ASM) seringkali begitu melekat sampai ke usia dewasa dan lanjut usia. Banyak orang dewasa yang beriman SM. Para pendeta dan teolog tampaknya kurang sanggup membangun kelanjutan pengajaran GSM dalam mendewasakan iman jemaat. Sementara kekaguman berlanjut, saya menjadi ambigu; sebab di satu pihak saya pernah menjadi GSM selama 15 tahun karena itu saya ikut bangga, di lain pihak saya menjadi pendeta selama 40 tahun karena itu saya ikut sedih. Saya tak dapat menahan diri untuk tidak ‘mengusik’ rekan-rekan GSM yang saya cintai. Mereduksi Trinitas Di banyak SM, banyak GSM mengajarkan anak-anak berdoa kepada Yesus atau Tuhan Yesus. Hasil pengajaran ini terus hidup di sana sini termasuk dalam diri penatua dan pendeta. Tradisi berdoa kepada Yesus bukanlah tradisi yang selaras dengan pengakuan iman kita. Da...

Bahan SM: Hari Pentakosta

(Oleh: Pdt. Mangapul Sagala) Apakah itu hari Pentakosta? Pentingkah itu bagi orang Kristen? Jika penting, sejauh mana penting? Secara harfiah, kata yang berasal dari bahasa Yunani itu berarti "hari ke-50". Bagi orang Yahudi, hari itu penting dan merupakah sebuah keharusan, sebagaimana diperintahkan oleh Tuhan kepada mereka. Tibanya hari Pentakosta berarti berakhirnya tradisi perayaan selama tujuh minggu, di mana umat Israel merayakan paskah. "Hari raya Tujuh Minggu, yakni hari raya buah bungaran dari penuaian gandum, haruslah kau rayakan, juga hari raya pengumpulan hasil pada pergantian tahun (Kel.34:22). Perlu kita perhatikan bahwa dari sekian banyak perayaan yang dilakukan oleh orang Yahudi, maka hari raya Pentakosta merupakan perayaan terbesar, di mana pada saat itu merupakah hari yang penuh sukacita dan di mana mereka bersyukur kepada Allah atas segala kasih dan pemeliharaanNya, termasuk akan hasil panen tuaian gandum dan jelai. Karena itu, mereka akan datang kepad...