Sumber: http://mariatobing.blogspot.com/2011/07/kecewa-dengan-pemimpin.html
Senin, 11 Juli 2011
KECEWA DENGAN PEMIMPIN?
"There is no such thing as a perfect leader either in the past or present, in China or elsewhere. If there is one, he is only pretending, like a pig inserting scallions into its nose in an effort to look like an elephant.
Tidak ada pemimpin yang sempurna di dunia ini baik dari masa lalu atau sekarang, di Cina atau dimana saja. Jika ada orang yang sempurna, dia hanya berpura-pura seperti seekor babi yang memasukan sesuatu kedalam hidungnya agar kelihatan seperti seekor gajah."
- Liu Shao-ch’i -
Siapapun Anda, tidak akan pernah lepas dari kondisi dan situasi dipimpin dan memimpin. Jika tidak sekarang, maka suatu saat nanti akan terjadi. Dalam konteks manapun, situasi inipun kita alami. Di konteks sekolah, kita biasa dipimpin oleh para guru, ketua kelas, kepala sekolah, ketua OSIS, dsb. Sebagai mahasiswa, kita dipimpin oleh wali studi, dosen pengampu, kepala program studi/kaprodi, dekan, koordinator bidang kemahasiswaan, ketua angkatan, ketua SEMA/BPMF, dsb.
Kepemimpinan memang tidak lepas dari peran seperti apa yang kita jalankan. Apakah kita sebagai pemimpin, sebagai yang dipimpin, atau lebih sering keduanya. Ada orang yang hampir sepanjang hidupnya (dan hampir selalu) memegang jabatan kepemimpinan. Entah karena karakteristik fisik yang gagah besar maupun kharisma pemimpin yang melekat padanya. Sejak kecil sering ditunjuk menjadi ketua kelas, hingga dewasa menjadi ketua kelompoknya. Tampaknya orang ini terbiasa untuk mengambil tanggungjawab lebih dari rekan-rekannya. Namun ada orang lain juga, yang sebaliknya, terbiasa menjadi bawahan atau anggota, bahkan tidak pernah mau berurusan dengan jabatan pemimpin, baik ditunjuk maupun inisiatif sendiri.
Kepemimpinan memiliki arti yang mulia, untuk mengarahkan kelompok mencapai tujuan bersama. Pemimpin memberikan visi dan merumuskan visi bersama kelompok/komunitasnya. Ketika program kerja sebagai hasil rumusan misi telah dibuat dan dijalankan, biasanya akan timbul gesekan demi gesekan antar anggota kelompok dan pemimpin. Hal ini sangatlah wajar karena dalam berproses, setiap orang memiliki persepsi, kemampuan, kepribadian, dan latar belakang yang berbeda-beda, yang seringkali akan menimbulkan masalah. Dalam konteks organisasi gereja, kepemimpinan memang sering menimbulkan masalah, yang jika dibiarkan akan berakibat mengeroposnya kerohanian jemaat.
Tulisan inipun berasal dari perenungan dalam pengalaman pribadi saya mengenai kepemimpinan baik dalam organisasi pekerjaan, maupun gereja. Meski situasinya berbeda, namun ada persamaan dalam jenis masalahnya, yakni krisis kepemimpinan. Posisi saya baik dalam pekerjaan (sekuler) maupun gereja pun sama, saya memiliki pemimpin dan saya pun seorang pemimpin. Boleh dikatakan saya adalah supervisor/ manager yang menjadi wakil bawahan bagi atasan, dan wakil atasan bagi bawahan saya. Posisi yang rumit dan sangat tidak mudah. Hanya pertolongan dan kasih karunia Tuhan saja, maka saya boleh melakukan tugas-tugas ini.
Sesuai dengan judul di atas, seringkali kita kecewa dengan pemimpin kita, baik di pekerjaan maupun di gereja. Pemimpin kita memiliki standar yang harus dijalankan, dan ketika kita mendapati pemimpin kita tidak melakukannya, maka sering kita akan kecewa dan bahkan marah. Kita katakan bahwa pemimpin kita tidak memiliki integritas, mereka menerapkan standar ganda, NATO (no action talk only), pemimpin egois (yang hanya melakukan tugas-tugas ringan, melemparkan tanggung jawab), dan lain sebagainya yang bisa kita tuliskan sebagai kejahatan seorang pemimpin. Pertanyaan, apakah para pemimpin tidak boleh melakukan kesalahan? Tidak, mereka harus selalu benar. Apakah ada manusia yang selalu benar? Tidak, hanya Tuhan yang selalu benar. Adakah seorang pemimpin di dunia ini yang tidak pernah melakukan kesalahan? Tidak ada, justru para pemimpin besar dunia dulunya sering melakukan kesalahan.
Seorang pemimpin dapat membuat kita kecewa dengan banyak hal, misalnya ia tidak melakukan seperti yang dikatakannya (kurang integritas), mudah fleksibel dengan peraturan/kesepakatan, pilih kasih terhadap anggotanya, kurang memberikan dukungan/support, tidak menerima ide-ide kita, meremehkan kita, tidak mau/kurang mendengarkan anggotanya, tidak memberikan arahan yang jelas, sering marah-marah, dsb. Tujuan saya menulis artikel ini adalah supaya kita -Anda dan saya-, belajar memberikan respon yang terbaik ketika kita mengalami krisis kepemimpinan dalam organisasi. Apa yang bisa kita lakukan, apa yang harus kita lakukan, apa yang tidak boleh kita lakukan. Beberapa bulan terakhir dan lebih intens lagi beberapa hari terakhir, saya merenungkan di hadapan Tuhan, apa yang harus saya lakukan, apa yang menjadi kehendak Tuhan ketika pemimpin saya mengecewakan saya. Saya menggunakan akal budi untuk mengetahui hal ini, dan pada akhirnya saya sekarang saya belajar dari Alkitab, apakah respon yang terbaik itu kepada pemimpin yang mengecewakan saya baik di konteks pekerjaan (bos/atasan), maupun di dalam gereja (gembala/pendeta/majelis/diaken/pembimbing rohani).
Dalam Ibrani 13:17, saya belajar untuk TAAT, TUNDUK, dan SETIA pada pemimpin saya selama mereka masih setia kepada Allah, firman Tuhan, dan tujuan Allah bagi gereja (Alkitab Penuntun, 1993). Disini dikatakan, selama pemimpin kita juga setia kepada Allah, terhadap firman-Nya, dan melayani Tuhan, kita diminta untuk tetap menghormati dia. Ada hal-hal yang lebih mulia dibandingkan permasalahan ego kita.
Kesetiaan kita kepada para pemimpin, gembala, guru Kristen harus dilandaskan pada ketaatan yang lebih tinggi kepada Tuhan:
1. Pertama, kepada Allah --> dalam hubungan pribadi, melakukan kebenaran, dan prinsip-prinsip Firman Tuhan.
2. Kedua, kepada Gereja --> dalam hubungan dengan teman-teman seiman, saling mengasihi.
3. Ketiga, kepada Para Pemimpin di dalam Gereja --> dalam ketaatan dan ketundukan, sebab para pemimpin berjaga-jaga dan bertanggung jawab atas jiwa kita. Jika kita tidak taat dan tidak tunduk, pemimpin akan berkeluh kesah dan ini tidak akan membawa keuntungan bagi kita.
Ternyata saya mengalami dua-duanya, berada di tengah membuat saya merasakan bagaimana kecewa dengan pemimpin dan juga mengecewakan bawahan saya. Sebagai bawahan, saya belajar untuk tetap menghormati dia baik di depannya maupun di belakangnya. Terkadang susah untuk melakukannya, tapi sekali lagi saya mau belajar dan menyadari bahwa ini semua bukan tentang saya, tapi sesuatu yang lebih mulia dari pada keakuan, keegoisan, dan kehormatan saya, yakni penyelesaian tugas dan tanggung jawab dari Tuhan, sebagaimana tujuan saya diciptakan.
Saya harus belajar untuk menyapanya duluan meski dia tidak menyapa duluan atau tidak membalas sapaan saya, mendengarkan pembicaraannya meski ia tidak mendengarkan saya, berhenti membicarakan segala keburukannya kepada teman lain/pemimpin lain dengan harapan mendapatkan simpati/dukungan, lebih banyak berdoa dan bersyukur kepada Tuhan ketimbang memikirkan betapa sakitnya dikecewakan oleh pemimpin/bawahan, mencari tahu di dalam Alkitab bagaimana sikap yang benar menghadapi situasi ini, tidak mencampuradukkan permasalahan sekarang dan masa lalu yang telah selesai, berterusterang kepadanya mengenai apa masalah yang terjadi pada kita, dan terakhir.. maafkanlah pemimpin kita baik di mulut maupun di hati kita. Ingat bahwa pemimpin rohani adalah penjaga jiwa kita.
Pemimpin juga manusia, jika kita masih menyimpan kesalahannya dan memenjarakannya dalam hati, maka Tuhan yang di Surga pun tidak akan memaafkan dan mengampuni kesalahan kita. Betapa ngerinya harga dari sebuah ketidaktaatan kepada pemimpin kita yang kelihatan. Alkitab mencatat bahwa jika kita tidak setia kepada apa yang kelihatan, bagaimana kita bisa setia kepada apa yang tidak kelihatan, yaitu Allah. Kita tidak bisa menuntut pemimpin berubah terlebih dahulu, siapapun posisi kita, kitalah yang lebih dulu berubah.
Jadi sekarang, jika kita mengalami kekecewaan, mari berdoa bersama saya agar kita dimampukan oleh Tuhan untuk mengampuni pemimpin kita, berapa kalipun ia mengecewakan kita. Ia juga adalah hamba Tuhan, yang dituntun oleh Tuhan. Ingatlah, bahwa ia juga sedang diproses Tuhan, sama halnya dengan kita yang sedang diproses Tuhan melalui masalah ini. Selamat berproses, Tuhan memberkati!
"Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu."
Ibrani 13:17
Comments