Di era konsumeris, hedonis dan pemujaan terhadap
budaya pop seperti ini esensi Natal sering
diselewengkan atau ditunggangi. Terlalu banyak orang
yang menghayati Natal bagai cerita mimpi. Sepertinya
banyak orang sepakat bahwa untuk satu hari Natal,
semua harus dibuat berbeda, harus damai, berkehendak
dan berkelakuan baik dan bergembira yang
termanifestasi saling mengucapkan salam, memberi kado
dan menghindari bentrokan. Akibatnya banyak umat yang
merayakan Natal berakting seakan - akan hidup dalam
dunia fantasi, seperti dalam dunia panggung sandiwara.
Di tengah kondisi bangsa seperti ini, alangkah keji
dan egosentrisnya kita jika kita menggelar pesta Natal
dengan hura - hura.
Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak- Nya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya
tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Allah adalah kasih (being), sehingga Ia (telah)
mengaruniakan AnakNya (doing). Keselamatan adalah
ide/inisiatif, pemberian/anugerah Allah. Dunia dapat
diartikan/dipandang secara politik, geografis.
Bagaimana Allah memandang dunia ini? Ketika Ia melihat
dunia, Ia sedang memandang manusia (setiap orang).
Jesus comes to you (and) comes to me. Allah tidak
kepalang tanggung/tidak perhitungan mengasihi manusia,
Allah lahir/datang ke dunia memiliki tujuan dan hanya
sebuah tujuan untuk menyelamatkan manusia/setiap
manusia tidak binasa. Allah tidak pandang bulu, jadi
tidak seorangpun atau sekelompok orang pun yang berhak
memonopoli Allah.
Flp 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya
sendiri (But made himself of no reputation- KJV),
dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama
dengan manusia.
Allah rela meninggalkan 'zona nyaman', solider dengan
manusia (dari bahasa Latin, dare: memberi; solus:
diri). Kelahiran Yesus bahkan hidup Yesus dari kandang
Betlehem sampai di Kalvari sesungguhnya merupakan
cerminan dari rentetan solidaritas Allah yang satu -
yang setuntas - tuntasnya dengan manusia yang berdosa
dan miskin - ke solidaritas yang lain. Tidak
berlebihan (khususnya bagi Indonesia) bila bulan
desember dimaknai sebagai bulan kemanusiaan. Diawali
hari AIDS sedunia, kemudian disusul hari Pahlawan
tanpa tanda jasa Nasional, setelah itu hari HAM - Hak
Asasi Manusia- sedunia (di Indonesia juga ada
penganugerahan Yap Thiam Hien Award), tak berapa lama
kemudian hari Buruh Migran sedunia, lalu hari Ibu.
Ditengah semua peringatan dan perayaan tersebut,
nuansa Natal juga menggema, karena ada yang telah, ada
yang sedang dan ada yang akan merayakan Natal (tidak
semua umat merayakan Natal pada tanggal 25 Desember).
HAM bertitik pangkal pada kesadaran bahwa setiap orang
berharga, berbeda satu sama lainnya. Dengan kata lain,
adalah kesadaran mengenai keanekaragaman, pluralitas.
Berbeda tanpa membedakan itulah semangat inti HAM.
Dengan semangat tersebut dirajutlah kehidupan berbeda
dalam persaudaraan dan bersaudara dalam perbedaan.
Inilah titik temu Natal dan HAM. Natal itu berarti
Allah mendatangi semua orang tanpa terkecuali. Karena
itu setiap orang Kristen yang hidupnya tidak dijiwai
semangat Natal (Luk 2:11 Hari ini telah lahir bagimu
Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Natal
adalah hari ini, setiap hari) - yaitu menutup mata,
telinga, mulut, hati dan indra lainnya terhadap
persoalan kemanusiaan, yang membeda - bedakan orang -
sesungguhnya tidak pantas disebut orang Kristen.
Semangat untuk memberi pada hari Natal biasanya
diungkapkan banyak umat di beragam dunia dengan
tradisi saling memberi kado. Saudara dapat memberi
tanpa mengasihi, tetapi Saudara tidak dapat mengasihi
tanpa memberi. Namun, sesungguhnya "bayi Yesus" tidak
hanya menginginkan para pengikutNya sekedar memberi
kado atau parcel yang bernilai beberapa ribu, bahkan
jutaan untuk relasi bisnis. Yesus menginginkan anak -
anakNya/murid - muridNya memiliki solidaritas seperti
diriNya. Kasih (baca: solider) itu harus menjadi
identitas anak - anakNya, mengasihi itu sampai pada
mengampuni dan sebuah keputusan dan tidak dipengaruhi
'kondisi luar' karena kasih Allah telah dicurahkan di
dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan
kepada kita (Rom 5 : 5)
--------
ditulis kembali dengan bahasa yg berbeda dari esai
natal di hal. 1 jawa pos 25 des 04 dan dr hal 4.
Comments