Skip to main content

Anugerah Hidup Kekal dalam Persekutuan dengan Kristus


Hidup kekal sering diartikan sebagai hidup yang tak pernah berakhir. Kekekalan hanya dihubungkan dengan dimensi kuantitas hidup yang tanpa batas. Maka, pembagian fase hidup menjadi dua bagian, yakni hidup sekarang dan hidup yang akan datang, menjadi dominan dalam alam pikir dogma Kristen. Hidup kini adalah hidup yang akan berakhir dengan kematian, sementara setelah kita mati akan masuk dalam fase hidup berikutnya – tahap kedua – yang bersifat kekal. Dampak positifnya orang Kristen tidak takut menghadapi kematian, sebab selalu percaya bahwa setelah itu bisa hidup tanpa mati lagi. Namun, juga harus diakui bahwa pemahaman yang demikian membuat banyak orang hidup dengan kenaifan. Mereka cenderung tidak menghargai kehidupan sekarang sebagai tanggung jawab yang harus dirawat dan diperjuangkan sebaik mungkin. Bahkan, di dalam hidup yang kedodoran, penuh cela, dan jadi batu sandungan sekalipun orang masih bisa sangat percaya bahwa ia telah menerima anugerah kehidupan yang kekal. Kebanggaan terhadap hidup kekal yang demikian menjadikan kekristenan tak lebih dari anugerah yang murahan.
Jika direnungkan lebih jauh, sebenarnya konsep hidup kekal dalam kekristenan berbicara tentang dimensi kualitas hidup. Disebut kekal bukan karena hidup terus, melainkan mampu menghasilkan nilai yang bersifat kekal. Kesenangan, kesuksesan, kemenangan – yang selalu dikejar dan diupayakan orang – tidaklah kekal. Tetapi, hidup yang berbuahkan cinta kasih, pengampunan dan perdamaian adalah hidup yang memiliki kekekalan secara kualitas. Kekekalan itu tidak menanti di seberang kematian, melainkan ada di sini, sekarang yang kita kenal sebagai manusia baru. Dengan demikian, hidup kekal adalah hidup yang menghasilkan nilai-nilai kekal, yakni nilai-nilai Kerajaan Allah (Kingship of God). Kekal atau tidaknya hidup seseorang juga dapat diukur dari buah kekekalan nilai yang ia hasilkan dalam kesehariannya (Matius 7:20)
Yang menarik, dalam kekristenan kekekalan hidup itu tak dapat diupayakan sendiri, tetapi karena anugerah Allah. Kekekalan hidup yang dianugerahkan Allah di hati manusia (Pengkhotbah 3:11) begitu sulit diwujudnyatakan, sampai Kristus hadir dan membuka mata kita tentang apa dan bagaimanakah kekekalan itu. Jika hidup kekal hanya dilihat dalam dimensi kuantitas (asal percaya pasti selamat dan tidak akan mati – walau hidupnya kedodoran), maka anugerah hidup kekal itu hanya menjadi hadiah murahan (cheap grace). Disebut murahan, karena siapa saja bisa menerima, walau kualitas kesehariannya parah. Alam persekutuan dengan Kristus, kekekalan yang dianugerahkan bagi manusia adalah kekekalan dalam arti kualitas. Buah dari persekutuan dengan Kristus adalah hidup yang elegan, menghasilkan keharmonisan relasi dengan Tuhan, sesama dan seluruh ciptaan: Kekekalan yang mampu mengembalikan bumi ciptaanNya menjadi “Eden Baru”. Dengan penghayatan yang demikian, kita mampu melihat anugerah Allah.

Comments

Popular posts from this blog

Mengusik Guru Sekolah Minggu

Facebook Twitter Pinterest WhatsApp Share Kekaguman saya kepada Guru Sekolah Minggu (GSM) tiada hentinya. Betapa tidak? Pengajaran di Sekolah Minggu (SM) pada Anak Sekolah Minggu (ASM) seringkali begitu melekat sampai ke usia dewasa dan lanjut usia. Banyak orang dewasa yang beriman SM. Para pendeta dan teolog tampaknya kurang sanggup membangun kelanjutan pengajaran GSM dalam mendewasakan iman jemaat. Sementara kekaguman berlanjut, saya menjadi ambigu; sebab di satu pihak saya pernah menjadi GSM selama 15 tahun karena itu saya ikut bangga, di lain pihak saya menjadi pendeta selama 40 tahun karena itu saya ikut sedih. Saya tak dapat menahan diri untuk tidak ‘mengusik’ rekan-rekan GSM yang saya cintai. Mereduksi Trinitas Di banyak SM, banyak GSM mengajarkan anak-anak berdoa kepada Yesus atau Tuhan Yesus. Hasil pengajaran ini terus hidup di sana sini termasuk dalam diri penatua dan pendeta. Tradisi berdoa kepada Yesus bukanlah tradisi yang selaras dengan pengakuan iman kita. Da...

Tips Mendisiplinkan Anak

Tips Mendisiplinkan Anak Sumber :  http://ellenpatricia.com/?p=30 Frase “mendisiplin anak” merupakan salah satu frase yang paling banyak disalahartikan. Tidak sedikit orang yang menyamakan makna frase tersebut dengan memberikan hukuman fisik kepada anak. Sesungguhnya, makna “mendisiplin anak” tidaklah sesempit itu. “Mendisiplin anak” mengandung arti melakukan tindakan yang direncanakan untuk menolong anak-anak mempelajari perilaku yang baik. Untuk mempraktekkan disiplin dalam arti yang demikian, jauh lebih sulit dibandingkan sekedar menghukum anak secara fisik, karena tersirat dalam makna tersebut adalah prioritasnya pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu menolong anak-anak mempelajari perilaku yang baik, bukan pada bentuk tindakan disiplin yang diambil. Dengan demikian, bentuk tindakan yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan tersebut bisa berbagai macam. Untuk dapat mendisiplinkan anak dengan efektif, umumnya ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan orangtua, sebagai berikut :...

SENTUHAN KUASA KASIH: 1 KORINTUS 13

Salah satu pasal termasyhur dalam Alkitab jelas adalah 1 Korintus 13 -- "Pasal Kasih" yang terkenal itu. Di pasal ini, kita bisa melihat dengan jelas tiga bagian penting yang mengajarkan umat Tuhan dalam memahami kasih yang sejati: motivasi, karakter, dan kekekalan kualitas kasih. Motivasi Kasih (1 Korintus 13:1-3) Apa gunanya perbuatan besar dan dahsyat jika tidak ada kasih yang melatarbelakanginya. Banyak orang tidak akan setuju perlunya memeriksa motivasi dari apa yang kita sebut perbuatan baik. Banyak orang mengklaim bahwa karisma, pengetahuan, dan pengorbanan adalah sama dengan kasih. Tetapi masing-masing hal itu perlu diperiksa seperti seperti yang pasal ini sudah lakukan. Fasih Berbicara Walaupun seseorang sangat pandai berbicara, sopan, atau menghibur yang mendengarkan, tanpa kasih, dia akan menggunakan lidahnya untuk tujuan pribadinya. Meskipun ribuan orang akan terkesan, tergerak, dan tersentuh, namun perkataannya sama saja dengan bunyi gong. Dengan...