Dari Pembantu (TKI), Menjadi Orang Nomor 1
Julianto Simanjuntak
Empat tahun yang lalu Penulis beruntung mendapat undangan memberikan seminar di Hongkong dan Taiwan. Terakhir bulan Mei yang lalu seminar lagi di Hongkong, dihadiri lebih dua ratus Tenaga Kerja Indonesia.
Suka Duka TKI
Di sela-sela seminar dan makan siang saya mendengar Banyak cerita menarik dari mereka. Ada kisah sukses dan ada pula cerita gagal, ada yang beruntung ada pula yang malang. Baik soal karir hingga soal pacaran dan berumah tangga.
Semua berjuang, berusaha mengadu nasib di negri orang demi masa depan. Penulis Salut dan bangga akan perjuangan mereka.
Belajar Dari Yusuf
Saat di dalam pesawat kembali menuju Jakarta, penulis teringat kisah tentang Yusuf, Seorang TKI (Tenaga Kerja Ibrani) yang bekerja di Mesir. Bukan karena kemauan sendiri, tetapi karena di jual abang-abangnya. Itulah awal cerita Yusuf.
Jadilah Yusuf budak belian di negri orang. Padahal, dia anak yang paling disayang ortunya, meski tidak dimanja. Inilah sumber iri hati saudaranya. Saat dijual Usianya masih sangat belia, tujuh belas.
Meski menjadi budak, Yusuf bekerja dengan baik. Di satu sisi dia merasa beruntung dan bangga "terdampar" di negri adidaya jaman itu, Mesir. Negara yang tersohor, sehingga smua orang tersihir dengan kemajuan budaya Mesir.
Apalagi Yusuf dibeli dan dipekerjakan pada salah satu keluarga pejabat di Istana tekenal, Potifar. Budak yang baik fisiknya, biasa dijual dengan harga mahal. Hanya orang berada dan berpangkat bisa membelinya.
Bermodalkan Mimpi (Visi)
Bemodalkan mimpi saat masih di negaranya, Yusuf berusaha bekerja sebaik mungkin. Ia pernah bermimpi bahwa semua saudara dan ortunya tunduk menyembah kepadanya (mimpi tentang padi dan 7 sapi). Itulah mimpinya, yang juga menjadi sumber kemarahan kakak-kakaknya hingga kemudian menjual Yusuf.
Karena bekerja dengan baik, Yusuf diangkat jadi orang kepercayaan Potifar. Mulai kunci rumah, isi lemari, dan segenap barang dipercayakan kepada Yusuf. Mengapa? Karena Yusuf jujur, manis sikapnya, dan baik kerjanya. Hanya satu yang tidak dipercayakan Sang Potifar, istrinya.
Tetapi justru istri Potifar jatuh hati dan tergila-gila dengan Yusuf yang memang berwajah ganteng dan imut-imut. Rajin bekerja dan kekar fisiknya. Ini Menggoda nafsu sang Nyonya, dan ingin tidur dengan pemuda yang baik ini.
Untungnya Yusuf tidak hanya rajin dan baik, dia punya integritas. Dia memiliki jati diri yang baik, dan tidak mau menajiskan dirinya dengan hubungan haram itu.
Yusuf tidak hanya takut (respek) pada majikannya, tetapi terutama kepada Allah yang diperkenalkan Ayahnya sejak ia kecil, sebagai Allah yang kudus dan membenci perzinahan.
Karena Yusuf menolak hubungan badan dengan si Nyonya, dia difitnah. Akibatnya, Yusuf tidak saja di PHK, tapi masuk penjara.
Dari Penjara Ke Istana
Meski demikian, di dalam penjara Yusuf terus dibimbing oleh visi dan mimpinya. Dia terus ingat, suatu hari kelak nasibnya akan berubah. Dia akan menjadi orang besar dan menjadi berkat bagi ayah dan saudaranya. Dia tidak mau hidup berdasarkan situasi, tetapi bersandarkan janji.
Meski di penjara Yusuf pantang bersungut, dia menguatkan hatinya untuk bersyukur dan percaya. Kegembiraannya memancar dan menyebar ke sesama Napi. Yusuf Belajar percaya, bahwa Tuhan tetap baik, meski kondisinya buruk. Yakin bahwa turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan.
Ada satu kelebihan dan talenta Yusuf. Karena kedekatannya dengan sang Khalik, saat itu dia mampu menafsirkan mimpi dengan benar. Banyak ahli penafsir mimpi jaman itu, tapi Yusuf paling istimewa.
Selama di penjara Yusuf memperhatikan semua orang, terutama yang susah. Sampai suatu hari dia berhasil menafsirkan mimpi juru minum dan juru roti raja.
Suatu ketika Raja bermimpi, Yusuf dipanggil menjelaskan apa arti mimpi Raja. Raja berkenan terhadap tafsiran mimpi itu, dan mengangkat Yusuf menjadi Perdana menteri Mesir. Orang kedua setelah Raja, tapi orang ke satu (pemimpin utama) dalam operasional pemerintahan Mesir.
Tafsiran mimpi itu berhubungan dengan masa jaya dan musim kelaparan di Mesir, yang mempengaruhi dunia saat itu. Berkat mimpi, integritas dan kesungguhan Yusuf, maka Mesir tepelihara baik selama musim kelaparan.
Tidak hanya itu, Tuhan memenuhi isi mimpi Yusuf. Ayah dan saudaranya juga terpelihara, dan kagum akan perbuatan Tuhan, yang mengangkat Yusuf menjadi perdana menteri Mesir.
Inilah Mimpi yang menjadi kenyataan. Tercapai setelah tiga belas tahun lamanya. Dari pembantu menjadi orang kesatu di operasional pemerintahan Mesir. Dari seorang budak, menjadi pejabat negri. Dari seorang Napi, menjadi perdana menteri.
Penutup
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah Yusuf ini. Meski kita kelak tidak menjadi pejabat seperti Yusuf, tetapi setidaknya kita bisa menjadi berkat bagi sesama
Para Rekan TKI khususnya Bekerja sambil bermimpi setidaknya bisa memperbaiki ekonomi keluarga dan menyiapkan masa depan (keluarga) yang lebih baik. Bersama Tuhan, menyongsong masa depan penuh harapan.
Jangan bermimpi bisa cepat kaya tanpa kerja keras. Jangan bermimpi meraih kenikmatan tanpa menabung. Sebaliknya rela belajar mulai dari nol, dan bersedia dibentuk oleh keadaan yang berat sampai keberuntungan itu datang.
Julianto Simanjuntak
Repost: Ini adalah refleksi (renungan) yang ditulis di atas pesawat yang membawa Penulis pulang dari Taipei ke Jakarta 4 tahun lalu dan sudah diedit.
Comments